Salam Tao apakah kalian sudah pernah mendengar tentang Xi Wang Mu – Ibu Raja Barat yang terkenal areanya di Gunung KunLun ? kalau belum yuk kita explore lewat artikel ini yang diambil dari beberapa source termasuk wikipedia, commons.ld.edu.hk, dan beberapa website lainnya.
1) Asal-usul paling awal
Nama/konsep “西母 / 西王母” sudah muncul sejak zaman Shang dalam prasasti tulang ramal — disebutkan sebagai “ibu barat” yang mendapat pemujaan. Ini menunjukkan figurnya berakar jauh sebelum Taoisme terorganisir.
Dalam lapisan-lapisan mitos tertua (mis. Shan Hai Jing / 山海经), Xiwangmu digambarkan berbeda dari citra arwah/wanita agung yang kita kenal sekarang: berwujud mengerikan atau binatang (mis. ekor macan, taring, rambut kusut), bersifat penguasa/roh barat yang terkait sisi-gelap, bahkan dikisahkan dimakan oleh tiga burung (narasi menunjukkan elemen totem/animisme). Kajian modern menafsirkan ini sebagai jejak totem (macan / burung /貘 dsb.) dan kepercayaan rakyat pra-agama.
2) Transformasi citra: dari roh barat ke Permaisuri Surgawi
Sejak periode Warring States — Han, citra Xiwangmu berubah sampai menjadi sosok perempuan surgawi yang tinggal di Gunung Kunlun (昆仑) dan menguasai 瑶池 Yaochi (Kolam Giok / Jade Pond) serta kebun buah persik keabadian (蟠桃). Pada masa Han ke atas, ia dipopulerkan sebagai pemberi umur panjang, berkaitan erat dengan motif keabadian (peaches of immortality). Periode Han sangat menentukan penyebaran citra ini.
3) Kisah-kisah pusat yang paling terkenal
Jamuan dengan Raja Zhou Mu (周穆王) — legenda klasik: Raja Zhou Mu melakukan perjalanan jauh ke barat dan diundang ke pesta di Yaochi oleh Xiwangmu; di sana diadakan jamuan para dewa, dipersembahkan buah persik dan benda-benda surgawi. Lukisan dan cerita tentang “周穆王与西王母瑶池宴会” sangat populer dalam tradisi seni. Cerita ini membantu membentuk citra Xiwangmu sebagai tuan rumah perjamuan surgawi.
Pemelihara Persik Keabadian — Xiwangmu menjaga pohon/pertamanan persik yang berbuah langka (buah yang memberi keabadian; tumbuh tiap ratus/tahun) yang hanya boleh dimakan oleh para dewa atau yang diizinkan. Persik inilah yang membuatnya dihubungkan langsung dengan konsep “keabadian” dalam imajinasi rakyat dan Taois.
Peranan kosmik — dalam beberapa tradisi/sastra Taois (termasuk tulisan Zhuangzi dan teks-teteks kemudian), Xiwangmu dipandang setara atau selevel tokoh-tokoh langit; kadang diposisikan penguasa para dewi perempuan/berwatak maternal, kadang pemegang kunci umur/manakala manusia mendapat umur panjang. Ada juga tradisi yang mengidentikkan atau menyamakannya dengan konsep ibu kosmik (Wusheng Laomu) di sekte-sekte keselamatan rakyat.
4) Asal-usul etnologis / totem — beberapa teori akademik
Para sarjana modern mengemukakan beberapa hipotesis:
Teori totem (macan, burung,貘,戴胜 dsb.): jejak motif hewan di mitos awal (ciri-ciri fisik ganas dalam Shan Hai Jing) menandakan Xiwangmu mungkin berasal dari kultus totem suku-suku barat/bagian tertentu (Qiang/Rong/yang lain).
Perpaduan lokal dan pengaruh antar-budaya: seiring perdagangan (Silk Road) dan kontak antar-etnis, citra dan atribut Xiwangmu menyerap elemen luar (mis. simbol pegunungan suci, dan motif perempuan penguasa di dataran barat), lalu diasimilasi ke dalam kanon Han/Taois.
5) Peranan dalam Taoisme dan keyakinan rakyat
Dalam struktur keagamaan Taois kemudian, Xiwangmu mendapat gelar-gelar tinggi (瑶池金母、王母娘娘 dsb.), jadi figur pemimpin bagi beberapa dewi atau xian perempuan; ia juga sering dipanggil untuk urusan keselamatan keluarga, kesuburan, dan umur panjang. Namun ada pula kesalahpahaman populer dan variasi lokal: dari ibu pemurah hingga roh yang menjaga kematian/arah barat — tergantung konteks lokal dan periode.
6) Narasi populer & variasi cerita (ringkasan beberapa versi)
Versi kuno/arcaik: Xiwangmu sebagai roh barat, berwujud setengah-binatang, berperan pada siklus hidup-mati.
Versi Han-Taois: Dewi agung di Kunlun, menjaga persik keabadian; menyelenggarakan pesta surgawi; memberi anugerah umur panjang kepada tokoh-tokoh tertentu.
Versi sinterisasi rakyat lokal: ciri keibuan, pelindung kesuburan/keluarga, kadang disamakan atau bercampur dengan figur Wusheng Laomu dalam sekte keselamatan.
7) Mengapa Xiwangmu penting dalam studi budaya China?
Karena figurnya melintasi zaman: dari pemujaan pra-sejarah hingga integrasi ke dalam sastra, seni, dan agama (Taoisme). Perubahan citranya adalah contoh bagus bagaimana suatu figur mitis dapat di-“repack” sesuai kebutuhan politis, religius, dan estetis tiap era. Studi tentang Xiwangmu juga membantu membuka keterkaitan antara mitologi, totemisme, identitas etnis, dan proses sinifikasi (asimilasi budaya).
Beberapa ajaran yang penting di percaya bahwa diajarkan oleh Xiwangmu.
Xiwangmu (西王母, “Ibu Raja Barat”) dalam tradisi Tao dan mitologi Tiongkok bukan hanya dewi abadi yang tinggal di Kunlun, tetapi juga sosok guru kosmis yang “mengajarkan jalan keabadian” (仙道 xiān dào). Ajarannya bersifat simbolis, berkaitan dengan kosmologi, etika, dan spiritualitas Tao. Beberapa hal utama yang ia ajarkan menurut teks-teks klasik Tiongkok:
1. Keselarasan dengan Dao (道)
Xiwangmu digambarkan sebagai penguasa energi Yin dari arah Barat.
Ia mengajarkan bahwa manusia harus hidup selaras dengan Dao, mengikuti ritme alam, siklus kosmos, dan hukum keseimbangan Yin–Yang.
2. Keabadian & Transformasi
Dalam kitab-kitab seperti Shan Hai Jing dan Zhuangzi, ia menyimpan rahasia panjang umur, transformasi batin, dan cara menjadi xian (abadi).
Buah persik abadi (蟠桃 pantao) yang hanya matang setiap 3.000 tahun adalah simbol “pencerahan batin” yang dicapai lewat disiplin spiritual, bukan sekadar makanan ajaib.
3. Ilmu Penyembuhan & Kehidupan
Xiwangmu juga dianggap menguasai ilmu obat-obatan, ramuan, dan penyembuhan.
Banyak legenda menyebut ia mengajarkan fangshu (方術, seni pengobatan, alkimia, dan pernapasan) kepada orang yang layak.
4. Peran Kosmik & Etika
Dalam ajaran Tao pasca-Han, Xiwangmu bersama Dongwanggong (Raja Timur) melambangkan keseimbangan kosmik laki-laki–perempuan.
Ia mengajarkan pentingnya harmoni gender kosmik, bukan dominasi satu pihak, sebagai dasar keteraturan dunia.
5. Bimbingan bagi Penguasa
Legenda “Jamuan Persik” dengan Raja Zhou Mu (abad ke-10 SM) menggambarkan Xiwangmu sebagai guru bagi raja, memberi nasihat tentang bagaimana seorang pemimpin harus mengikuti jalan alam, bukan hanya mengejar ambisi.
6. Kebajikan Sosial
Pada masa Tang dan Song, ia dipuja sebagai pelindung keluarga, pemberi anak, dan penjamin umur panjang.
Ajarannya berkembang ke arah nilai moral dan sosial: kesetiaan keluarga, perlindungan hidup, dan berbuat baik agar mendapat berkah.
Tao di Gunung Kunlun (昆仑山, Kūnlún Shān) dan Sungai Giok/Jade (玉河, Yù Hé) yang menjadi dasar tempat penting untuk Xiwangmu.
1. Gunung Kunlun dalam Taoisme
Pusat Kosmos: Dalam mitologi Tiongkok dan Taoisme, Gunung Kunlun dipandang sebagai poros dunia (kosmologinya mirip dengan Gunung Meru di India). Ia adalah penghubung antara langit, bumi, dan dunia roh.
Tempat Dewata: Dikatakan sebagai kediaman para shen (dewa), makhluk abadi, dan tempat tinggal Xiwangmu (西王母, Ratu Ibu dari Barat).
Gerbang Abadi: Taois percaya bahwa siapa yang berhasil mendaki Kunlun hingga ke istana surgawi bisa memperoleh Dao dan keabadian.
2. Sungai Jade (玉河, Yù Hé)
Sungai Jade digambarkan sebagai aliran suci yang mengalir dari Gunung Kunlun.
Airnya bukan air biasa, melainkan berkilau bagai giok putih, melambangkan kemurnian, panjang umur, dan kesucian Dao.
Dalam beberapa teks, Sungai Jade mengalir menuju Taman Abadi (瑶池, Yáo Chí), yaitu taman surgawi tempat Xiwangmu menjamu para abadi dengan buah persik keabadian (蟠桃, pántáo).
Sungai ini sering dihubungkan dengan Qi kosmik yang menghidupi seluruh dunia—airnya adalah metafora energi Dao yang mengalir tanpa henti.
3. Kisah yang Menghubungkan Keduanya
Dalam Shan Hai Jing (山海经, Kitab Gunung dan Laut), Gunung Kunlun disebut sebagai pusat dunia, dengan Sungai Giok yang mengalir keluar sebagai sumber dari banyak sungai besar.
Kisah populer Taois menggambarkan bahwa di tepi Sungai Giok di Kunlun, terdapat istana dari batu giok putih, tempat Xiwangmu duduk di singgasana dan menerima para dewa serta pejalan Tao yang berhasil mencapai pencerahan.
Diceritakan juga bahwa Huangdi (Kaisar Kuning) pernah melakukan perjalanan menuju Kunlun untuk mencari ajaran Tao dan mendapatkan kebijaksanaan dari dewa-dewa di sekitar Sungai Giok.
4. Makna Filosofis dalam Taoisme
Gunung melambangkan ketinggian spiritual, jalan menuju pencerahan.
Sungai Jade melambangkan arus Dao, energi abadi yang terus mengalir dan memberi kehidupan.
Keduanya menjadi simbol keterhubungan antara manusia dengan kosmos—dimana mendaki gunung berarti mendekat pada Dao, dan mengikuti sungai berarti membiarkan diri selaras dengan arus Dao.
Xie Shen En
Cerita Dewa Dewi Tao yang lain lengkap bisa dibaca di aplikasi Klentengpedia Google Playstore