Last Updated on September 24, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Moralitas De (德) dalam pandangan Laozi adalah salah satu konsep yang paling mendalam dan sering disalah pahami. Berbeda dengan sistem moral Barat yang berbasis pada aturan, perintah, dan kebajikan sosial yang didefinisikan secara kaku, Laozi mengajarkan moralitas yang mengalir dari keadaan alami, sebuah harmoni dengan Tao (道).
Bagi Laozi, moralitas bukanlah sesuatu yang dikejar atau dipaksakan, melainkan sesuatu yang muncul secara spontan ketika seseorang hidup selaras dengan alam semesta. Berikut adalah artikel lengkap yang menjelaskannya.
Bagi seorang bijak Tao, pertanyaan “Apa yang bermoral?” dijawab bukan dengan daftar perbuatan baik dan buruk, melainkan dengan pertanyaan lain: “Apakah tindakan ini selaras dengan aliran alam semesta?” Laozi, melalui kitabnya Tao Te Ching (道德經), tidak meletakkan sebuah kode etik, melainkan mengajak kita untuk menemukan kompas moral yang sudah ada di dalam diri kita—sebuah kompas yang menunjuk ke arah Tao.
Moralitas Laozi adalah moralitas spontanitas, kesederhanaan, dan keaslian. Ia lahir dari pemahaman mendalam tentang alam dan cara kerjanya, bukan dari konvensi sosial atau keinginan untuk dipuji.
Untuk memahami etika Taois, kita harus memahami dua konsep kuncinya:
Dengan kata lain, menjadi “bermoral” dalam pandangan Laozi berarti membiarkan Tao mengalir melalui diri Anda tanpa hambatan, sehingga De Anda terpancar secara alami.
Ketika sebuah masyarakat harus terus-menerus berbicara tentang “moralitas” dan membuat aturan tentangnya, itu adalah tanda bahwa mereka telah kehilangan Tao yang sejati. Aturan-aturan itu adalah obat, dan kebutuhan akan obat menunjukkan adanya penyakit.
Ketika semua orang hidup dalam harmoni alami, tidak perlu ada perintah untuk “bersikap baik” atau “berbuat adil”, karena tindakan mereka akan secara otomatis mencerminkan hal tersebut.
Berikut adalah kutipan yang sangat terkenal dari Bab 18 Tao Te Ching yang menyoroti hal ini:
大道廢,有仁義。 Dà dào fèi, yǒu rén yì. Artinya: “Ketika Tao yang agung disingkirkan, muncullah kebajikan dan keadilan.”
Kutipan ini menyiratkan bahwa konsep-konsep seperti rén dan yì adalah konstruksi buatan yang muncul untuk menambal kekosongan ketika manusia sudah terputus dari harmoni alaminya.
Moralitas yang diajarkan Laozi berpusat pada beberapa prinsip yang mengalir dari keselarasan dengan Tao:
Ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Wu Wei adalah tindakan yang spontan, minimal, dan selaras dengan aliran alami. Seperti seorang perenang yang mengikuti arus daripada melawannya. Dalam konteks moral, ini berarti tidak memaksakan kehendak atau agenda “moral” Anda pada situasi. Sebaliknya, Anda merespons dengan cara yang paling alami dan efisien, tanpa ego.
Moralitas tertinggi adalah menjadi diri sendiri secara otentik, seperti gunung adalah gunung dan sungai adalah sungai. Orang yang bermoral menurut Taoisme tidak mencoba menjadi sesuatu—mereka adalah. Mereka tidak melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan pahala atau pujian, tetapi karena itu adalah ekspresi alami dari keberadaan mereka.
Laozi menggunakan air sebagai metafora tertinggi untuk kebajikan. Air selalu mengalir ke tempat yang rendah, memberi kehidupan kepada semua tanpa meminta imbalan, dan dapat mengatasi yang paling keras (batu) dengan kelembutannya. Orang bijak tidak bersaing, tidak menonjolkan diri, dan tidak merasa lebih unggul dari orang lain.
Kutipan dari Bab 8 Tao Te Ching menggambarkannya dengan indah:
上善若水。水善利萬物而不爭。 Shàng shàn ruò shuǐ. Shuǐ shàn lì wànwù ér bù zhēng. Artinya: “Kebajikan tertinggi laksana air. Air memberi manfaat bagi semua makhluk tanpa bersaing.”
Laozi menganjurkan untuk kembali ke keadaan sederhana seperti “balok kayu yang belum dipahat” (Pǔ). Ini berarti melepaskan keinginan yang rumit, ambisi, dan label-label artifisial yang diciptakan masyarakat. Dalam kesederhanaan, kejelasan moral muncul secara alami karena pikiran tidak dikeruhkan oleh keinginan yang tak perlu.
Ini ditegaskan dalam Bab 19:
絕聖棄智,民利百倍;絕仁棄義,民復孝慈。 Jué shèng qì zhì, mín lì bǎi bèi; jué rén qì yì, mín fù xiào cí. Artinya: “Buanglah kesucian, tinggalkanlah kebijaksanaan, maka rakyat akan mendapat manfaat seratus kali lipat; Buanglah kebajikan, tinggalkanlah keadilan, maka rakyat akan kembali berbakti dan mengasihi.”
Ini adalah pernyataan radikal yang berarti: lepaskan label-label moral yang dipaksakan, maka moralitas yang sejati (bakti dan kasih sayang alami) akan muncul kembali.
Jadi, apa yang diajarkan Laozi mengenai moral? Ia mengajarkan bahwa moralitas sejati bukanlah daftar kewajiban, melainkan sebuah keadaan keberadaan (state of being). Ia adalah hasil dari melarutkan ego, melepaskan agenda pribadi, dan menyatukan diri dengan irama agung alam semesta.
Ketika seseorang hidup dalam harmoni sempurna dengan Tao, tindakannya akan secara spontan (Ziran) menjadi sekaligus bermoral dan beradab tanpa perlu memikirkannya. Ia tidak perlu bertanya “Apakah ini benar?” atau “Bagaimana cara melakukannya?”. Tindakannya akan mengalir secara alami, seindah dan seefektif aliran air. Perilakunya akan memiliki keanggunan (adab) dan kebaikan (moral) karena ia adalah cerminan dari harmoni alam semesta itu sendiri.
Bagi Laozi, orang yang paling bermoral bukanlah ia yang paling keras berusaha untuk menjadi baik, melainkan ia yang telah lupa akan kebutuhan untuk berusaha, karena setiap tindakannya sudah menjadi cerminan dari harmoni Tao itu sendiri. Moralitasnya mengalir sealami napasnya.
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.