
Last Updated on November 22, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Ada sebuah pepatah kuno yang berbunyi: “Harta bisa dicari, ilmu bisa dipelajari, namun adab adalah cerminan kualitas jiwa yang dibawa dari lahir hingga mati.”
Di era modern ini, kita menyaksikan fenomena yang mengkhawatirkan. Semakin maju teknologi, rasanya semakin mundur sisi kemanusiaan kita. Banyak orang, terutama generasi muda yang tumbuh di tengah gempuran informasi instan, terjebak dalam ilusi bahwa “menjadi diri sendiri” berarti boleh mengabaikan perasaan orang lain.
Namun, yang lebih menyedihkan adalah fenomena di mana penderitaan justru menggerus moral. Banyak orang yang ketika hidupnya susah, bukannya mendekatkan diri pada kerendahan hati, malah menjadi beringas, kasar, dan kehilangan tata krama. Mereka menjadikan “masalah hidup” sebagai alasan untuk membuang adab.
Zaman sekarang menuntut kecepatan. Pesan dibalas dalam detik, makanan datang dalam menit. Akibatnya, kesabaran yang merupakan ibu dari adab jadi menipis.
Banyak anak muda yang cerdas secara digital, namun gagap secara moral. Menunduk di depan orang tua dianggap kuno. Mengucapkan “terima kasih” atau “maaf” dianggap basa-basi yang tidak perlu.
Dalam Taoisme, ada konsep 禮 (Lǐ), yang sering diterjemahkan sebagai ritual atau tata krama. Lǐ bukan sekadar formalitas kaku namun ia adalah pelumas yang mencegah gesekan dalam masyarakat. Tanpa Lǐ, interaksi manusia hanyalah benturan ego. Ketika Generasi Muda (dan kita semua) kehilangan Lǐ, kita mungkin maju secara teknologi, tetapi kita mundur menjadi barbar yang memegang smartphone.
Ini adalah penyakit hati yang berbahaya. Sering kita lihat orang yang sedang terlilit hutang, putus cinta, atau gagal karir, tiba-tiba menjadi sangat sensitif dan kasar. Mereka merasa dunia berhutang pada mereka.
Pepatah China mengingatkan: 穷且益坚,不坠青云之志 (Qióng qiě yì jiān, bù zhuì qīng yún zhī zhì) “Semakin miskin/sulit, semakin teguh (kuat), tidak menjatuhkan cita-cita luhur.”
Ujian sejati dari adab bukanlah saat Anda duduk di kursi emas dan semua orang memuji Anda. Ujian sejati adalah saat Anda jatuh, lapar, dan dihina, namun Anda tetap mampu tersenyum dan berkata-kata sopan. Jika masalah hidup membuat Anda kehilangan adab, maka Anda telah kehilangan dua kali: pertama kehilangan harta/posisi, kedua kehilangan harga diri.
Seperti yang selalu diajarkan oleh Ming Zhu Zhang Men Ren Lie Ming Shen, kita harus sadar akan posisi kita.
Mengapa kita lahir menjadi manusia? Mengapa kita tidak langsung menjadi Dewa. Jawabannya sederhana namun menohok, Karena kita masih punya masalah. Kita masih punya hutang karma. Kita masih belum lolos dari reinkarnasi.
Betul atau tidak ?
Akhirnya penulis merasa memang benar dunia ini adalah “sekolah perbaikan ataupun bisa dibilang Tugas yang belum terselesaikan“. Masalah-masalah yang datang, orang tua yang sakit, ekonomi yang sulit, atasan yang galak, bukanlah hukuman, namun melainkan kurikulum.
Jika menghadapi masalah saja kita sudah kehilangan adab, marah-marah, dan menyalahkan Langit, itu artinya kita tidak lulus ujian. Jika tidak lulus, maka kita harus mengulang kelas (reinkarnasi kembali dengan masalah yang sama atau lebih berat).
Memelihara moral dan adab di tengah kesulitan adalah salah satu cara kita “mengerjakan PR” kehidupan agar jiwa kita naik kelas.
Bagaimana cara menjaga adab saat hati sedang hancur? Belajarlah dari filosofi Tao yang paling dasar:
上善若水 (Shàng shàn ruò shuǐ) “Kebaikan tertinggi adalah seperti air.”
Air itu lembut, tetapi bisa melubangi batu. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah (rendah hati/tausi). Air memberi kehidupan pada segalanya tanpa meminta balasan.
Orang yang beradab itu seperti air. Ketika dihina, dia tidak melawan dengan api (amarah), melainkan dengan ketenangan air. Kelembutan ini bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan pengendalian diri yang luar biasa.
Ini adalah poin yang paling krusial. Mau kaya atau miskin, mau sehat atau sakit, ingatlah: adab dan moral harus tetap dijaga.
Kekayaan tidak membeli hak untuk bersikap sombong, dan kemiskinan bukanlah izin untuk bersikap kasar. Kesehatan bukanlah alasan untuk meremehkan yang lemah, dan penyakit bukanlah alasan untuk menuntut belas kasihan dengan cara yang tidak patut.
Dalam pandangan Tao, status sosial dan kondisi fisik hanyalah “pakaian” sementara. Adab adalah “kulit” asli jiwa kita. Kehilangan uang hanyalah kehilangan pakaian luar, tetapi kehilangan moral adalah seperti menguliti diri sendiri.
Pepatah kuno mengajarkan: 富润屋,德润身 (Fù rùn wū, dé rùn shēn) “Kekayaan menghiasi rumah, tetapi kebajikan (moral/adab) menghiasi diri.” Rumah bisa hancur, tubuh bisa sakit, tetapi “hiasan” adab di dalam diri adalah abadi dan tidak bergantung pada kondisi eksternal.
Kondisi pribadi Anda mungkin sedang hancur lebur. Dompet mungkin kosong. Hati mungkin retak. Tapi ingatlah satu hal: Adab Anda adalah satu-satunya hal yang benar-benar milik Anda. Orang lain bisa mengambil uang Anda, tapi mereka tidak bisa mengambil sopan santun Anda kecuali Anda menyerahkannya.
Jangan menjadi orang yang “sudah jatuh, tertimpa tangga, lalu memaki tangganya.” Jadilah orang yang “jatuh, lalu bangkit dengan membersihkan debu di celana sambil tersenyum.”
Ingatlah selalu ajaran luhur: Selama kita masih berwujud manusia, kita sedang dalam proses belajar. Jangan biarkan ujian hidup membuat kita lupa cara menjadi manusia yang memanusiakan manusia.
Jika digambarkan secara sederhana:
修身齐家治国平天下 (Xiūshēn qíjiā zhìguó píngtiānxià) Mulailah dari memperbaiki diri sendiri (Xiushen), baru kita bisa membereskan masalah lainnya.
厚德载物 (Hòu Dé Zài Wù) mengajarkan kita:
Jangan hanya berdoa minta “Barang” (Wù) yang banyak (Minta kaya, minta sukses, minta jodoh). Tapi berdoalah dan berusahalah agar memiliki “Wadah” (Dé) yang besar.
Karena jika Langit memberi Anda rezeki besar tapi wadah Anda kecil/pecah (tidak beradab), rezeki itu akan tumpah dan justru menjadi bencana.
“Perbaiki wadahnya (Adab & Moral), maka isinya (Rezeki & Kebahagiaan) akan datang dan menetap dengan aman.”
Semangat kawan, rajin liankung karena semua ini hanyalah Sekejab Abadi…
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.
