
Last Updated on November 6, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Dalam perjalanan mencari Kebenaran atau Tao (道), banyak Taoyu yang memulai dengan antusiasme dan semangat. Mereka mendatangi seorang guru, membaca sebuah kitab, atau bergabung dengan sebuah komunitas spiritual. Namun, ironisnya, banyak Taoyu yang gagal bahkan sebelum benar-benar memulai.
Mengapa? Karena mereka datang dengan “gelas yang sudah penuh”.
Ini adalah inti masalah yang sering diabaikan: Kita tidak bisa menerima ajaran baru jika pikiran kita masih penuh sesak dengan ajaran lama, prasangka, dan perbandingan.
Dalam konteks kultivasi diri atau Siutao (修道, Xiū Dào, Mengolah Jalan), upaya ini tidak akan pernah berhasil jika sejak awal pikiran kita sibuk membanding-bandingkan. Ini bukanlah jalan untuk berkultivasi secara sejati atau Siu Cen (修真, Xiū Zhēn – Mengolah Kebenaran / Kesungguhan). Mungkin sampai sekarang banyak yang masih tersesat mencari kebenaran dengan membandingkan, banyak yang terlihat masih tidak mengerti, bahkan masuk dalam suatu perguruan Tao namun membawa pikiran2 yang dibenarkan sebelumnya dan membanding-bandingkannya.
Ada sebuah kisah (yang juga sangat relevan dengan Taoisme) tentang seorang profesor terpelajar yang mengunjungi seorang guru untuk belajar tentang pencerahan. Sang profesor terus-menerus berbicara tentang pengetahuan dan teori-teori yang sudah ia pahami.
Sang guru mendengarkan, lalu mulai menuangkan teh ke cangkir sang profesor. Teh terus dituang bahkan setelah cangkir itu penuh, membuatnya meluap dan tumpah ke mana-mana.
“Hentikan! Apa yang Anda lakukan? Cangkirnya sudah penuh!” teriak sang profesor.
Sang guru tersenyum dan berkata, “Seperti cangkir ini, pikiranmu penuh dengan opinimu sendiri dan spekulasi. Bagaimana aku bisa mengajarimu, jika kamu tidak terlebih dahulu mengosongkan cangkirmu?”
Ketika seseorang baru mau memulai Siutao, tetapi pikirannya masih “penuh”, inilah yang terjadi:
Inilah mengapa “membanding-bandingkan di awal” adalah racun bagi Siutao bagi diri sendiri.
Siu Cen berarti mengolah kebenaran atau kesungguhan. Ini menuntut fokus total, kerendahan hati, dan kepasrahan untuk dibimbing. Bagaimana bisa kita bersungguh-sungguh jika separuh pikiran kita masih berada di “ajaran lain”?
Itu seperti mencoba belajar berenang dari instruktur baru, sementara kita terus-menerus berteriak, “Instruktur saya yang lama tidak mengajar seperti ini!” Kita tidak akan pernah belajar berenang; kita hanya akan sibuk berdebat di tepi kolam.
Proses Siutao seringkali mengharuskan kita untuk “melepas” konsep-konsep yang keliru, ego, dan kebiasaan lama. Proses pelepasan ini tidak mungkin terjadi jika kita terus-menerus memegang erat “gelas” kita yang penuh.
Penting untuk dipahami: Mengosongkan gelas bukan berarti menyatakan bahwa semua pengetahuan atau ajaran yang kita miliki sebelumnya itu “salah” atau “buruk”.
Ini adalah tentang disiplin dan penghormatan terhadap proses belajar.
Ini berarti berkata pada diri sendiri: “Untuk sementara, saya akan meletakkan semua yang saya tahu di depan pintu. Saya akan masuk ke ruangan ini dengan pikiran seorang pemula, dengan gelas yang kosong, siap untuk diisi dengan ajaran baru ini secara utuh dan murni.”
Hanya dengan cara ini kita memberi ajaran baru itu kesempatan yang adil untuk bekerja dalam diri kita. Hanya dengan cara ini kita bisa mengalami ajaran itu, bukan sekadar memahaminya secara intelektual.
Metafora “gelas kosong” bukanlah sekadar kiasan modern. Laozi, dalam Daodejing, telah menjelaskan bahwa kegunaan sesuatu justru terletak pada “kekosongannya”.
Kitab Daodejing (道德經) – Bab 11 menyatakan:
漢語: 三十輻共一轂,當其無,有車之用。 埏埴以為器,當其無,有器之用。 鑿戶牖以為室,當其無,有室之用。 故有之以為利,無之以為用。
Pīnyīn: Sānshí fú gòng yī gǔ, dāng qí wú, yǒu chē zhī yòng. Shān zhí yǐwéi qì, dāng qí wú, yǒu qì zhī yòng. Záo hù yǒu yǐwéi shì, dāng qí wú, yǒu shì zhī yòng. Gù yǒu zhī yǐwéi lì, wú zhī yǐwéi yòng.
Terjemahan: Tiga puluh jeruji menyatu di satu poros, tetapi pada ruang kosong di tengahnya lah, kegunaan kereta bergantung. Tanah liat dibentuk menjadi wadah (cangkir/guci), tetapi pada ruang kosong di dalamnya, kegunaan wadah bergantung. Pintu dan jendela dilubangi untuk membuat ruangan, tetapi pada ruang kosong di dalamnya, kegunaan ruangan bergantung.
Maka, “yang ada” (有) memberi keuntungan, tetapi “yang tiada” (無) memberi kegunaan.
Maknanya: Pikiran kita adalah “wadah” (器, qì). Jika wadah itu sudah penuh dengan “yang ada”—pengetahuan lama, ego, prasangka, dan perbandingan, maka ia tidak memiliki “kegunaan” (用, yòng). Ia tidak bisa lagi diisi. Siutao menuntut kita untuk menjadi “kosong” agar Tao yang baru bisa masuk dan berfungsi.
Siutao adalah perjalanan yang sangat pribadi dan mendalam. Ia menuntut lebih dari sekadar kecerdasan, ia menuntut transformasi.
Jika kita datang dengan gelas yang penuh, kita hanya akan menjadi kolektor informasi spiritual. Kita tahu tentang banyak ajaran, tetapi tidak menguasai satu pun. Kita tidak siu cen, kita hanya memuaskan ego intelektual kita seakan akan kita TAHU SEGALANYA.
Jika Anda benar-benar ingin memulai Siutao, langkah pertama dan paling penting bukanlah menghafal sutra atau menguasai teknik meditasi.Langkah pertamanya adalah: Berani untuk mengosongkan gelas Anda. KOSONG benar benar KOSONG! Karena butuh waktu yang sangat sangat lama dan air yang sangat sangat banyak hanya untuk menggantikan air di gelas yang sudah ada (itupun kalau diisi AIR) ~
Jika masih belum kosong saya sarankan pecahkan penatnya dengan duduk diam, renungi dan tentukan pilihanmu. Karena kereta tidak menunggu namun diusahakan semua tidak tertinggal….
Semangat kawan, rajin liankung karena semua ini hanyalah Sekejab Abadi…
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.
