Inti Sari Siu Tao
Belajar Tao / Siu Tao ( ), memang bukan merupakan suatu masalah yang mudah, begitu banyak pengertian yang harus diserap, namun lebih penting lagi yaitu begitu banyak pengeritan itu yang harus dijalani. Tanpa melaksanakan pengertian-pengertian yang baik itu, merupakan suatu yang sia-sia. Sering kali terjadi, setelah sekian lama kita merasakan dan menikmati semerbak harumnya, barulah kita menyadari dan mengerti akan keagungan dan kemuliaannya secara lebih mendalam.
Tao () dengan kekuatannya tidak terlihat dan tidak terasa telah mengubah sifat manusia, Tao menghendaki umatnya berlatih diri, mengenal diri, dan selalu mawas diri. Menjadikan umat manusia mau meninggalkan yang kurang baik, serta memupuk budi luhur masing-masing.
Proses ini mungkin amat sulit untuk diikuti perkembangannya, bahkan harus melalui hari-hari yang panjang dalam kehidupan ini, serta membutuhkan keyakinan yang tebal serta keuletan yang tinggi. Kalau tidak, pasti akan gagal ditengah jalan. Untuk menuju sukses masih jauh sekali jarak yang harus kita tempuh.
Jadi secara garis besar Inti Sari Siu Tao ( ) adalah merevisi diri, menghilangkan kelemahan-kelemahan diri kita, serta memupuk sifat-sifat mulia.
Objek Siu Tao adalah “Diri kita masing-masing”, bukan orang lain.
Manusia merupakan makhluk hidup yang “Unik”, mempunyai perbedaan-perbedaan yang begitu kompleks, yang seringkali bahkan diri sendiri pun sulit untuk memahami. Namun secara umum, ada beberapa sifat-sifat yang telah diketahui oleh manusia, sehingga kita masih dapat menyimpulkan sifat mana yang harus dikikis, dan sifat mana yang harus dipupuk, sesuai dengan ajaran Tao, seperti yang dijelaskan di atas.
Beberapa sifat yang harus dikikis dari kehidupan kita:
Membanggakan diri yang berlebihan (sombong), hanya akan memuaskan ambisi kita, namun tidak menambah apapun dalam diri kita.
Ini bukan berarti mengajarkan kita untuk hanya mementingkan diri sendiri (Egois). Sebenarnya berapa banyak yang dapat kita nikmati sendiri? Makan tiga kali sehari, berganti baju dua kali sehari, tidur tujuh jam sehari, apakah itu tidak cukup bagi kita? Mengapa kita tidak menyisihkan waktu dan kemampuan serta kelebihan harta kita bagi orang lain? Bagi keluarga kita, bagi saudara kita, dan bagi masyarakat luas.
Disini jelaslah bahwa hanya dengan Siu Tao (menjalankan ajaran Tao), banyak berbuat kebajikan, mempunyai moral yang tinggi, berusaha dan berpikir untuk mengatasi rintangan hidup, maka secara nyata kehidupan kita selalu akan dilindungi, kalau demikian, mengapa masih selalu merasa cemas?
Tentu saja masih ada sifat-sifat lainnya yang harus dikikis, tapi akan kita bicarakan pada lain kesempatan.
Sekarang kita membicarakan beberapa sifat yang harus dipupuk di dalam kehidupan kita:
Demikian yang ingin saya sampaikan pada hari ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi perjalanan Siu Tao kita.
Cerita ilustrasi:
Zhang Liang menunjukkan rasa hormat kepada seorang Tua dan mendapatkan sebuah buku pegangan yang luar biasa.
Zhang Liang adalah seorang pintar yang rendah hati, dan sopan santun, ayahnya adalah seorang Perdana Menteri negara Han, di daerah yang sekarang disebut Korea.
Ketika Qin menghancurkan Han, ia melarikan diri, dan berencana untuk kembali meneruskan negara Han. Pada suatu hari, setelah belajar, ia beristirahat dan menyusuri sebuah aliran sungai, tibalah ia pada sebuah jembatan yang di atasnya sedang duduk seorang tua, pada saat ia sudah dekat, orang tua itu menjatuhkan sepatunya ke tepi sungai, dan dengan seenaknya ia menyuruh Zhang Liang mengambilkan sepatunya.
Meskipun ia merasa dongkol, namun ia merasa ia harus menghormati orang yang lebih tua, maka ia mengambilkan sepatu itu. Setelah sepatu itu ia serahkan, orang tua itu bahkan menyuruhnya memakaikan sepatu itu, tapi ia tetap dapat mengendalikan emosinya, dan berpikir bahwa ia telah mengambilkan sepatunya, apa salahnya ia memakaikannya? Kemudian orang tua itu pergi sambil berkata: kamu sangat menghargaiku, kembalilah lima hari lagi, temui saya pagi-pagi di sini.
Lima hari lagi Zhang Liang datang ke jembatan itu, tapi orang tua itu sudah duduk di sana, lalu ia berkata, kamu terlambat, datanglah lima hari lagi, karena saya telah menunggumu lama sekali.
Lima hari kemudian, Zhang Liang kembali ke tempat itu lebih pagi, namun kembali orang tua itu telah duduk di sana, lagi-lagi orang tua itu berkata: kamu terlambat, datanglah lima hari lagi.
Maka lima hari kemudian, tengah malam Zhang Liang tidak tidur, ia langsung ke jembatan itu, langit masih gelap dan dingin, ia berhasil datang lebih dulu daripada orang tua itu. Orang tua itu kemudian memberinya sebuah buku strategi perang yang telah lama hilang, dan berkata pada Zhang Liang, bahwa ia akan mencapai sukses hidup dengan buku itu. Setelah mempelajari buku itu, suatu hari kemudian Zhang Liang menjadi menteri pendiri dinasti Han, dan sangat terkenal dengan taktik perangnya.
Ilustrarsi cerita ini memberikan kepada kita suatu makna:
Bahwa dengan kecerdasan, kerendahan hati, sopan santun, dan lapang dada, Zhang Liang mendapatkan Jalan untuk mencapai cita-citanya.
Cerita kedua :
Cai Yong menerima Wang Can dengan memakai sepatu terbalik
Cai Yong, penulis dan sarjana yang sangat ternama, menjabat sebagai pejabat tinggi selama pemerintahan kaisar Han Xian pada periode Tiga Kerajaan.
Dia sangat mengagumi Wang Can, seorang muda berbakat yang sering ia dengar namanya disebut orang.
Wang Can adalah seorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang luar biasa, dengan kata-katanya ia banyak menolong orang lain, misalnya merukunkan keluarga yang terpecah, dll. Suatu hari Cai Yong mengundang Wang Can untuk suatu resepsi, dan pada saat Wang Can tiba, disana telah banyak tamu, setelah tahu Wang Can tiba, dengan tergesa-gesa Cai Yong menyambutnya dengan memakai sepatunya secara terbalik.
Para tamu yang lain menjadi heran, dan berpikir bahwa tamu yang disambut pasti bukanlah orang sembarangan. Tapi menjadi bingung ketika melihat yang disambut adalah seorang muda dengan penampilan yang sangat sederhana. Bahkan mulai sinis, karena Cai Yong adalah pejabat tinggi, mengapa begitu menaruh hormat pada Wang Can?
Namun setelah mengetahui bahwa Wang Can memang seorang yang rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang luas, mereka tidak lagi menyalahkan Cai Yong yang salah memakai sepatunya, bahkan menghargai betapa Cai Yong memperlakukan tamunya dengan hormat.
Makna cerita :
Seseorang dinilai dari kepribadiannya dan kemampuannya, bukan dari penampilan luarnya.