Last Updated on September 29, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Sebagai pembuka ijin saya bercerita kisah nyata akan kasih orang tua… Saya mengenal baik dengan salah satu orang tua taruh lah namanya “Papa U” , cerita kala itu anaknya perempuan mengalami kanker payudara dan beberapa kali ke dokter dan meminta pertolongan. Di satu malam ketika saya datang ke rumahnya saat saya dan beliau bercerita tentang hidup, ada 1 kalimat terangkat dan masih saya ingat terus “Kalau bisa sakit anaknya sih dipindahkan, beliau siap untuk dipindahkan ke beliau biar anaknya tidak sakit”. 1 kalimat ini saja membuat saya sadar kasih dan cinta dari orang tua kepada anaknya sungguh sungguh sungguh dalam. Tahun demi tahun berjalan percaya ga percaya, niscaya cinta luar biasa itu membuka dan membuat luluh alam ini, anak pun sembuh dari penyakit kanker payudara tersebut.
Tidak bisa dipungkiri di jaman ini kita semua adalah para pengejar. Kita mengejar karier, impian, dan cakrawala yang tak bertepi. Kita begitu sibuk membangun masa depan, sehingga seringkali kita lupa pada pondasi yang membuat kita bisa berdiri hari ini: orang tua kita.
Hubungan dengan mereka bisa menjadi rumit. Namun, jalan Tao tidak hanya menawarkan perenungan filosofis yang sunyi. Para Guru Langit (天師, Tiānshī) telah menurunkan ajaran yang lebih lugas, yang menjadi pedoman dalam tindakan sehari-hari, di mana setiap perbuatan memiliki gema dan resonansinya di alam semesta.
Renungkanlah sebuah pohon yang menjulang tinggi. Kekuatan sejatinya terletak pada akarnya yang tak terlihat. Orang tua adalah akar kita. Ini adalah kebenaran universal. Mengabaikan akar berarti membuat pohon kehidupan kita layu. Kita tidak bisa berharap untuk tumbuh subur sambil membiarkan sumber kita kering.
Gema kebijaksanaan ini terdengar jelas dalam Bab 52 Tao Te Ching, yang berbicara tentang pentingnya kembali pada sumber:
天下有始,以為天下母。既知其子,復守其母,沒身不殆。
tiān xià yǒu shǐ, yǐ wéi tiān xià mǔ. jì zhī qí zǐ, fù shǒu qí mǔ, mò shēn bù dài.
“Dunia memiliki permulaan, yang dapat dianggap sebagai Ibu dari semesta. Setelah mengenal anak-anak-Nya, kembalilah dan berpegang teguh pada sang Ibu, maka seumur hidupmu engkau tak akan celaka.”
Petikan ini adalah sebuah permata. “Sang Ibu” adalah Tao, sumber agung semesta. Dan ajaran untuk “berpegang teguh pada sang Ibu” setelah kita berkelana di dunia sebagai “anak-anak-Nya” adalah prinsip kosmik untuk kembali ke sumber demi keselamatan dan keutuhan. Dalam skala personal kita, orang tua adalah manifestasi terdekat dari “Sang Ibu” itu. Mereka adalah gerbang kita menuju kehidupan. Dengan kembali dan merawat mereka, kita tidak hanya menjalankan bakti, kita sedang mempraktikkan sebuah prinsip Tao yang fundamental untuk menjaga diri kita tetap aman dan selaras di tengah badai kehidupan.
Dao disebut sebagai Ibu Dunia, sumber dari semua kehidupan.
Jika diterapkan secara etis, ini bisa dimaknai bahwa manusia harus selalu ingat pada asal-usulnya (orang tua), dan menjaga hubungan dengan “ibu” (akar kehidupan).
Inilah bentuk bakti yang paling dalam: tidak melupakan sumber kehidupan.
Thay Shang Lao Cin (太上老君, Tàishàng Lǎojūn), manifestasi agung dari Laozi sebagai Dewata Tertinggi, menurunkan sebuah kitab pedoman moral yang luar biasa bernama Thay Shang Ganying Pian (太上感应篇) atau “Risalah tentang Resonansi dan Ganjaran”. Inti ajarannya bukanlah hukuman, melainkan Ganying, sebuah konsep bahwa Langit dan Bumi secara aktif merespon perbuatan manusia.
Pikirkan ini bukan sebagai karma yang dingin, tetapi sebagai sebuah timbangan kosmik yang hidup. Perbuatan baik menciptakan resonansi positif, perbuatan buruk menciptakan gema negatif. Dan di antara kebajikan-kebajikan utama, bakti kepada orang tua menempati urutan teratas. Salah satu pasalnya berbunyi:
忠孝友悌,正己化人。
zhōng xiào yǒu tì, zhèng jǐ huà rén.
“Setia, berbakti pada orang tua, bersahabat, dan hormat pada yang lebih tua. Luruskan dirimu, lalu berilah pengaruh baik pada orang lain.”
Menurut ajaran ini, tindakan menghormati orang tua bukanlah sekadar kewajiban sosial. Itu adalah tindakan spiritual yang aktif. Setiap gelas teh yang kau tuangkan untuk ibumu, setiap percakapan sabar yang kau lakukan dengan ayahmu, setiap bantuan tulus yang kau berikan—semua itu mengirimkan getaran harmoni ke alam semesta. Para dewa pencatat di Tiga Bintang Utara melihatnya. Para roh pelindung di sekitarmu merasakannya. Jalan Langit tidak memihak, ia hanya merespon. Berbakti adalah cara paling mendasar untuk menyelaraskan diri dengan respon positif alam semesta, mendatangkan berkah, dan melapangkan jalan hidupmu sendiri.
Jika ajaran Thay Shang Lao Cin adalah prinsipnya, maka teladan Hian Thian Siang Tee (玄天上帝, Xuán Tiān Shàngdì), Sang Kaisar Langit Misterius dari Utara, adalah perwujudannya. Sebelum mencapai keilahian dan menjadi Panglima Langit yang perkasa, Beliau adalah seorang pangeran di dunia fana.
Legenda mencatat bahwa kebajikan utamanya adalah bakti yang luar biasa kepada orang tuanya, sang raja dan ratu. Ia memenuhi setiap kewajibannya dengan sempurna sebelum akhirnya memutuskan untuk menempuh jalan spiritual, melepaskan takhtanya, dan pergi ke gunung untuk bertapa.
Apa pelajaran mendalam di sini? Bahkan seorang calon Dewata Agung pun memahami bahwa kultivasi spiritual sejati tidak dapat dimulai dengan mengabaikan tanggung jawab duniawi yang paling dasar. Ia tidak meninggalkan orang tuanya dalam kesusahan. Ia membangun fondasi kebajikannya di dalam istana, melalui tindakan bakti, sebelum membangun istananya di surga.
Teladan Hian Thian Siang Tee mengajarkan kita bahwa merawat orang tua bukanlah penghalang bagi kemajuan spiritual atau kesuksesan pribadi. Justru sebaliknya, itu adalah syarat mutlaknya. Itu adalah gerbang pertama yang harus dilalui. Bagaimana kita bisa berharap untuk dihormati oleh Langit jika kita tidak menghormati “langit” pribadi kita di rumah?
Pada akhirnya, ajaran para Dewata bertemu kembali dengan kebijaksanaan alamiah Tao. Setelah memahami prinsip Ganjaran Langit dan meneladani para Suci, cara kita berbakti haruslah meniru sifat air, seperti yang tertulis dalam Bab 8 Tao Te Ching:
上善若水。水善利萬物而不爭,處眾人之所惡,故幾於道。
shàng shàn ruò shuǐ. shuǐ shàn lì wàn wù ér bù zhēng, chù zhòng rén zhī suǒ wù, gù jī yú dào.
“Kebajikan tertinggi adalah seperti air. Air memberi manfaat bagi semua hal dan tidak bersaing. Ia menempati tempat-tempat yang direndahkan orang, karena itu ia begitu dekat dengan Tao.”
Melayani orang tua di usia senja mereka adalah laku kerendahan hati seperti air, mengalir ke tempat yang membutuhkan tanpa pamrih.
Sahabatku, menghargai orang tua adalah sebuah praktik spiritual yang kuat. Itu adalah cara kita menyeimbangkan timbangan kosmik kita, seperti yang diajarkan Thay Shang Lao Cin. Itu adalah cara kita menapaki jejak para Suci, seperti yang dicontohkan Hian Thian Siang Tee.
Setiap tindakan baktimu adalah doa tanpa kata, sebuah ritual yang mengundang berkah dan perlindungan ke dalam hidupmu.
Angkatlah telepon itu. Lakukan kunjungan singkat. Lakukan dengan kesadaran bahwa tindakan sederhana ini beresonansi hingga ke Istana Langit. Karena pada akhirnya, jalan pulang menuju Tao selalu dimulai dari jalan pulang ke rumah orang tuamu.
Dont wait untils it’s a MEMORY
~ Cherish the moment Now ~
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.