Last Updated on October 10, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Di antara Delapan Dewa dalam mitologi Taoisme, sosok Lan Caihe (藍采和) mungkin adalah yang paling misterius dan eksentrik. Digambarkan sebagai seorang seniman jalanan berpenampilan compang-camping, sering kali hanya mengenakan satu sepatu, ia menyanyikan lagu-lagu tentang kefanaan hidup sambil membawa sekeranjang bunga. Perilakunya yang tampak “gila” bagi dunia ternyata menyimpan kedalaman spiritual yang luar biasa. Di balik citranya yang tidak konvensional, Lan Caihe mengajarkan kita tentang esensi kebahagiaan, kebebasan, dan makna hidup itu sendiri.
Kearifan Lan Caihe tidak tertulis dalam kitab-kitab tebal, melainkan tecermin dari cara hidupnya yang radikal. Ada tiga pelajaran utama yang bisa kita petik dari perjalanannya.
1. Kebebasan Sejati Datang dari Hati yang Tidak Terikat
Masyarakat sering mengukur kekayaan dari harta benda, status, dan kekuasaan. Lan Caihe membalikkan logika ini sepenuhnya. Ia hidup sebagai pengembara, menolak uang yang diberikan kepadanya, atau jika menerimanya, ia akan membagikannya kepada yang membutuhkan. Secara lahiriah, ia tampak miskin. Namun, ia tidak miskin secara batin; justru paling kaya karena hatinya tidak dijajah oleh keinginan. Kebebasannya datang dari ketidakterikatan. Ketika seseorang tidak mendambakan harta atau pengakuan, ia tidak bisa diperbudak olehnya. Inilah kebebasan sejati yang diajarkan Lan Caihe: kemerdekaan jiwa dari belenggu materialisme.
2. Kebahagiaan Sejati Lahir dari Kesederhanaan
Dengan nyanyiannya yang spontan dan tariannya di jalanan, banyak orang menganggap Lan Caihe tidak waras. Namun, hidupnya yang tampak gila, tapi justru itulah “kebijaksanaan yang bebas dari sistem dunia”. Ia menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak memerlukan syarat rumit. Ia tidak butuh istana, pakaian mewah, atau pujian untuk merasa bahagia. Sukacitanya murni, lahir dari momen saat itu—dari alunan lagu, dari aroma bunga di keranjangnya. Ia hidup di luar ekspektasi sosial dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan yang paling mendasar, sebuah kearifan yang sering kita lupakan di tengah dunia yang kompleks. Seperti yang Lie Shi Fu sering ajarkan “Sederhana itu Ayu”.
3. Keindahan Hidup adalah Ketidakkekalan Itu Sendiri
Simbol utama Lan Caihe adalah sekeranjang bunga. Bunga mekar dengan indahnya, namun pada akhirnya akan layu dan gugur. Bagi banyak orang, ini adalah simbol kesedihan atau tragedi. Namun bagi Lan Caihe, ini adalah manifestasi Dao (Jalan Alam Semesta) yang sempurna. Bunga yang layu bukan tragedi, tapi bagian dari Dao—lahir, mekar, gugur, lalu lahir kembali. Dengan membawa bunga-bunga ini, ia mengingatkan kita bahwa keindahan hidup justru terletak pada sifatnya yang sementara. Menerima siklus perubahan ini dengan damai, tanpa penolakan, adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin.
Seluruh filosofi hidup Lan Caihe dapat dirangkum dalam sebuah ajaran lisan yang sering dikaitkan dengannya:
「花開即道顯,花落即道成。」
“Huā kāi jí dào xiǎn, huā luò jí dào chéng.”
“Ketika bunga mekar, Dao tampak; ketika bunga gugur, Dao sempurna.”
Makna di balik kalimat puitis ini sangatlah dalam. Kelahiran dan kematian, keuntungan dan kerugian, kegembiraan dan kesedihan—semuanya adalah bagian dari tarian alam semesta yang agung. Setiap perubahan, bahkan kefanaan, adalah bagian dari Dao. Tidak ada yang harus ditolak atau disesali, melainkan hanya perlu diamati dengan hati yang damai.
Lan Caihe, sang seniman pengembara, mengajarkan kita bahwa untuk menemukan pencerahan, kita tidak perlu lari dari dunia. Kita hanya perlu mengubah cara kita memandangnya yaitu dengan hati yang bebas, sukacita yang sederhana, dan penerimaan penuh terhadap siklus kehidupan yang abadi.
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.