Last Updated on October 8, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Di antara jajaran Delapan Dewa (Ba Xian) dalam mitologi Taoisme, Lü Dongbin (呂洞賓) mungkin adalah yang paling terkenal dan dihormati. Sering digambarkan sebagai seorang cendekiawan yang membawa pedang pembasmi iblis di punggungnya, ia adalah simbol kebijaksanaan, perlindungan, dan jalan pencerahan. Namun, perjalanannya dari seorang sarjana fana menjadi dewa abadi tidaklah mudah. Ia harus membuktikan kemurnian hati dan keteguhan pikirannya melalui serangkaian sepuluh ujian berat yang dirancang oleh gurunya.
Kisah ini bukan hanya sebuah legenda petualangan, tetapi juga sebuah alegori mendalam tentang jalan kultivasi diri dalam ajaran Tao.
Sebelum menjadi dewa, Lü Dongbin adalah seorang pria bernama Lü Yan yang hidup pada masa Dinasti Tang. Ia adalah seorang sarjana berbakat yang berambisi untuk lulus ujian kenegaraan dan menjadi pejabat tinggi. Suatu hari, dalam perjalanannya, ia singgah di sebuah kedai. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria tua yang ramah, yang ternyata adalah Zhongli Quan, salah satu dari Delapan Dewa yang sedang menyamar.
Sambil menunggu pemilik kedai memasak sepanci nasi kuning, Lü Dongbin merasa lelah dan tertidur. Dalam tidurnya, ia mengalami sebuah mimpi yang sangat nyata. Ia bermimpi berhasil lulus ujian dengan cemerlang, menikahi wanita cantik dari keluarga kaya, memiliki anak, dan naik pangkat hingga menjadi perdana menteri. Selama puluhan tahun, ia menikmati kekayaan, kekuasaan, dan kemuliaan. Namun, pada akhirnya, ia dituduh melakukan kejahatan, kehilangan semua hartanya, keluarganya hancur, dan ia mati dalam kemiskinan dan kesendirian.
Ketika Lü Dongbin terbangun dengan kaget, ia menyadari bahwa seluruh pengalaman hidupnya yang berlangsung selama 50 tahun dalam mimpi itu hanyalah terjadi dalam waktu singkat—bahkan nasi kuning di panci belum matang. Zhongli Quan, yang melihatnya, tersenyum dan berkata, “Sebelum nasi kuning matang, engkau telah menjelajahi pasang surut kehidupan. Kemuliaan duniawi hanyalah ilusi.”
Tersadar akan kefanaan ambisi duniawinya, Lü Dongbin memutuskan untuk meninggalkan jalannya sebagai seorang sarjana dan memohon untuk menjadi murid Zhongli Quan untuk mempelajari Tao, jalan menuju keabadian. Zhongli Quan setuju, tetapi dengan satu syarat: Lü Dongbin harus membuktikan bahwa ia layak dengan melewati sepuluh ujian.
Setiap ujian dirancang untuk menguji satu aspek karakter Lü Dongbin, untuk mengikis keterikatan duniawi dan emosi negatif dari dalam dirinya.
1. Ujian Keterikatan pada Keluarga: Saat kembali dari perjalanan, Lü Dongbin menemukan seluruh anggota keluarganya telah meninggal karena penyakit. Alih-alih meratap dalam kesedihan yang tak terkendali, ia dengan tenang mempersiapkan upacara pemakaman, menerima siklus hidup dan mati sebagai bagian dari jalan alam. Ia lulus ujian pertama dengan menunjukkan pelepasan dari ikatan emosional yang berlebihan.
2. Ujian Keterikatan pada Harta Benda: Lü Dongbin bekerja sebagai penjual di pasar. Suatu hari, seorang pembeli membayar barangnya tetapi kemudian meminta uangnya kembali tanpa mengembalikan barang tersebut. Tanpa marah atau berdebat, Lü Dongbin tersenyum dan mengembalikan uangnya. Ia telah melepaskan keterikatan pada untung dan rugi materi.
3. Ujian Welas Asih: Pada hari pertama Tahun Baru Imlek, Lü Dongbin bertemu dengan seorang pengemis yang compang-camping di depan pintunya. Tanpa ragu, ia memberikan pengemis itu uang dan makanan. Namun, pengemis itu terus meminta lebih banyak dan bahkan menghinanya. Lü Dongbin tetap sabar dan memberinya semua yang ia miliki dengan senyuman. Ia membuktikan welas asihnya yang tulus.
4. Ujian Pengorbanan Diri: Ketika sedang menggembalakan domba di pegunungan, seekor harimau lapar muncul dan hendak menerkam kawanannya. Untuk melindungi domba-domba yang tak berdaya, Lü Dongbin menempatkan dirinya di antara harimau dan domba, siap mengorbankan dirinya. Harimau itu pun pergi. Ia lulus ujian keberanian dan altruisme.
5. Ujian Nafsu: Lü Dongbin belajar sendirian di sebuah pondok di gunung. Suatu malam, seorang wanita muda yang sangat cantik datang dan meminta perlindungan. Wanita itu menggodanya sepanjang malam, tetapi Lü Dongbin tetap tidak tergoyahkan dan menjaga pikirannya tetap murni.
6. Ujian Ketidakmelekatan pada Milik: Setelah kembali ke rumah dari perjalanan panjang, Lü Dongbin mendapati rumahnya telah dirampok dan semua barang berharganya hilang. Ia tidak merasa marah atau putus asa. Sebaliknya, ia mengambil cangkulnya dan mulai bekerja di ladang, menerima keadaannya tanpa keluhan.
7. Ujian Kejujuran: Suatu hari, Lü Dongbin menemukan banyak kepingan emas saat sedang mencangkul di ladang. Alih-alih mengambilnya, ia segera menguburnya kembali tanpa mengambil satu keping pun. Ia membuktikan bahwa ia tidak serakah dan hatinya jujur.
8. Ujian Iman: Seorang pendeta Tao yang gila mendekatinya di pasar, menjual obat yang diklaim akan membuat peminumnya mati seketika, tetapi akan mencapai pencerahan di kehidupan selanjutnya. Orang-orang menertawakannya, tetapi Lü Dongbin, dengan keyakinan pada jalan Tao, membeli dan meminum ramuan itu. Tidak terjadi apa-apa padanya. Ia telah menunjukkan iman yang tak tergoyahkan.
9. Ujian Ketabahan Menghadapi Kematian: Lü Dongbin sedang menyeberangi sungai besar dengan perahu bersama orang lain ketika badai dahsyat tiba-tiba datang. Semua orang panik ketakutan, tetapi Lü Dongbin duduk dengan tenang, bermeditasi, dan menerima nasibnya tanpa rasa takut. Badai pun reda.
10. Ujian Terakhir: Mengatasi Ilusi dan Ego: Ini adalah ujian terberat. Lü Dongbin duduk bermeditasi ketika ia tiba-tiba diserang oleh berbagai hantu dan iblis mengerikan. Mereka menyiksanya, tetapi ia tetap tak bergeming. Kemudian, muncullah ilusi istrinya yang ditangkap dan disiksa bersama anaknya. Mereka memohon agar ia menyelamatkan mereka, tetapi Lü Dongbin tahu itu adalah ilusi dan tetap diam, memahami bahwa keterikatan adalah sumber penderitaan. Namun, ketika iblis hendak membunuh anaknya dan sang anak menangis memanggil ayahnya, sepercik rasa “aku” atau ego muncul di hatinya. Tepat saat ia hampir gagal karena luapan emosi sesaat itu, ia menyadari kesalahannya, mengosongkan pikirannya, dan kembali tenang. Ilusi itu pun lenyap.
Setelah berhasil melewati ujian kesepuluh, semua ilusi menghilang. Zhongli Quan muncul di hadapannya dengan senyum bangga. Karena telah membuktikan kemurnian hatinya, keteguhan pikirannya, dan kemampuannya untuk mengatasi semua keterikatan duniawi, Lü Dongbin dinyatakan layak. Ia diajarkan rahasia ilmu kebatinan dan Tao, yang akhirnya membawanya mencapai keabadian dan naik ke Zhen Shan Mei sebagai salah satu dari Delapan Dewa.
Kisah sepuluh ujian Lü Dongbin tetap menjadi salah satu cerita paling inspiratif dalam budaya Tiongkok, mengajarkan bahwa jalan menuju pencerahan sejati bukanlah tentang kekuatan gaib, tetapi tentang penaklukan diri sendiri… menaklukkan keserakahan, kemarahan, nafsu, ketakutan, dan ego.
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.