
Last Updated on November 18, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Begitu banyak cerita, begitu banyak pemikiran, ambisi, zona nyaman, bakti, dan artikel ini hanyalah sepelintir pemikiran yang ingin kami sharing yang biasa dirasakan anak rantau.
Bagi seorang anak rantau, kata “pulang” memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar perjalanan fisik. Ia adalah tarikan emosional antara dua dunia: dunia yang sedang kita bangun, dan dunia yang membangun kita.
Kita meninggalkan kampung halaman, dunia yang kita kenal tentunya dengan membawa mimpi setinggi langit. Kita bekerja keras, meniti karir, mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, di tengah kesibukan kota yang riuh, sebuah panggilan telepon singkat dari rumah bisa meruntuhkan segalanya.
Suara ibu yang sedikit lebih pelan. Kabar bahwa ayah kini lebih sering beristirahat. Tiba-tiba, gedung-gedung pencakar langit terasa kerdil, dan tenggat waktu pekerjaan terasa tidak penting.
Inilah “galau” yang sesungguhnya: kebingungan tanpa arah. Di satu sisi, ada ambisi dan tanggung jawab di tanah rantau. Di sisi lain, ada kesadaran bahwa waktu bersama orang tua yang menua adalah kemewahan yang tidak bisa dibeli.
Dalam budaya Timur, bakti (孝, Xiào) adalah kebajikan tertinggi. Sebuah peribahasa Tiongkok kuno menangkap esensi kegalauan ini dengan sempurna:
树欲静而风不止,子欲养而亲不待。 (Shù yù jìng ér fēng bù zhǐ, zǐ yù yǎng ér qīn bù dài.)
Artinya: “Pohon ingin tenang, tetapi angin tak pernah berhenti. Anak ingin berbakti (merawat), tetapi orang tua tidak menunggu.”
Peribahasa ini adalah inti dari kecemasan kita. Kita berpikir, “Nanti, setelah aku sukses,” atau “Nanti, setelah tabungan cukup.” Kita ingin “tenang” dulu di perantauan sebelum fokus pulang. Tapi “angin” (waktu dan usia) tidak pernah berhenti berhembus untuk orang tua kita.
Moralitas ini menekan kita. Kita merasa bersalah jika tetap mengejar mimpi, namun kita juga merasa gagal jika harus melepaskan semua yang telah kita bangun di perantauan.
Lalu, bagaimana kita harus melangkah jika kedua pilihan terasa salah? Di sinilah kearifan Taoisme (道) memberikan pencerahan.
Bagi seorang Taoism, “galau” dan “bingung tanpa arah” muncul karena kita melihat hidup sebagai perang antara dua kubu: Sukses (Rantau) vs Bakti (Kampung). Kita berpikir kita harus memilih salah satu.
Taoisme mengajarkan keseimbangan (Yin dan Yang). Rantau adalah energi Yang—aktif, mengejar, ambisius. Kampung adalah energi Yin—pasif, menerima, mengakar. Hidup yang sehat membutuhkan keduanya. Anda tidak bisa memiliki pohon yang menjulang tinggi tanpa akar yang kuat.
Ajaran kunci Taoisme adalah 无为 (Wú Wéi), yang sering diartikan sebagai “tidak melakukan apa-apa”, namun makna sebenarnya adalah “bertindak selaras dengan alam” atau “tindakan tanpa paksaan.”
Kegelisahan Anda adalah tanda bahwa Anda sedang memaksa sebuah jawaban. Anda sedang melawan “Jalan” (Tao) Anda sendiri.
Alih-alih bertanya, “Haruskah saya pulang selamanya ATAU tetap di sini selamanya?”, seorang Taoyu akan bertanya:
“Apa tindakan yang paling selaras (Wu) saat ini?”
Mungkin jawabannya bukan dua pilihan ekstrim itu. Mungkin “Jalan” Anda adalah:
Dalam moralitas Tiongkok, ada satu lagi peribahasa: 饮水思源 (Yǐn shuǐ sī yuán), yang berarti “Saat minum air, ingatlah sumbernya.”
Ambisi Anda di perantauan adalah “air” yang Anda minum. Orang tua Anda adalah “sumber” (源) mata air itu. Apa gunanya memiliki segelas penuh air jika sumbernya mengering?
Kegalauan Anda bukanlah kelemahan. Itu adalah tanda bahwa Anda adalah orang baik yang memahami nilai 飲水思源.
Tidak ada jawaban tunggal yang benar. Taoisme mengajarkan bahwa “Jalan” setiap orang unik. Berhentilah melihat ini sebagai dilema yang mematikan. Lihatlah ini sebagai sebuah proses penyeimbangan.Tindakan Wu Wei Anda hari ini mungkin sederhana: pesanlah tiket untuk kunjungan berikutnya. Dengarkan hati Anda, bukan hanya tekanan dari luar atau kecemasan di dalam. Seringkali, di dalam keheningan, bukan dalam kepanikan, kita menemukan jalan yang paling selaras untuk pulang ke “sumber”.
Semangat kawan rantau, rajin liankung karena semua ini hanyalah Sekejab Abadi…
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.
