
Last Updated on October 30, 2025 by STC-XZW
Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Semangat Pagi, sering kali kita mendengar Saling Asah, Asih, Asuh yang terus dikomandangkan oleh Ming Zhu Zhang Men Ren Lie Ming Shen kita, sederhana namun berkelik arti yang mendalam… Renungkan yuk Taoyu Taoyu
Bagi setiap insan yang menapaki Jalan Tao (Siu Tao), perjalanan ini seringkali terasa sangat personal dan introspektif. Kita berbicara tentang Xiu Xin (修心) atau mengolah hati dan pikiran. Kita merenungkan Xiu Yang (修養) atau membina karakter dan kebajikan. Kita mempraktikkan Xiu Xing (修行) atau menempa diri melalui tindakan dan disiplin.
Namun, Laozi dalam Tao Te Ching mengingatkan kita bahwa Tao bukanlah entitas yang terisolasi namun Ia adalah jaringan yang saling terhubung yang mencakup segala sesuatu. Dalam konteks inilah, kearifan luhur Nusantara, “Saling Asah, Saling Asuh, dan Saling Asih,” menemukan relevansinya yang luar biasa.
Seorang praktisi Tao (Taoyu) tidak dapat berkembang dalam ruang hampa. Kita membutuhkan sesama untuk menjadi cermin, penopang, dan pengingat. Tanpa komunitas yang sadar, Xiu (kultivasi) kita akan menjadi timpang. Mari kita bedah bagaimana tiga pilar ini menjadi fondasi bagi pertumbuhan spiritual kita.
Saling Asah adalah proses saling menajamkan. Dalam komunitas Tao, ini bukanlah tentang perdebatan untuk menang, melainkan tentang diskusi yang jujur untuk menemukan kebenaran. Bagaikan dua bilah pisau yang digesekkan, keduanya menjadi tajam.
Saling Asuh adalah tindakan membimbing, merawat, dan menopang. Ini adalah manifestasi dari De (德) atau Moral! Dalam sebuah komunitas, selalu ada yang lebih senior membimbing yang junior, atau yang lebih kuat menopang yang sedang lemah.
Inilah pilar yang paling fundamental. Saling Asih adalah cinta kasih universal yang tanpa syarat. Ini adalah bahan pengikat dari Asah dan Asuh.
Saling Asih adalah kesadaran bahwa kita semua adalah bagian dari Tao yang Esa. Menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri; membantu orang lain berarti membantu diri sendiri. Inilah yang membuat Xiu Xing (tindakan) kita menjadi murni dan selaras dengan Jalan.
Bagi para praktisi Siu Tao, ketiga pilar ini tidak dapat dipisahkan. Bayangkan sebuah taman kultivasi:
Kita tidak bisa hanya memilih Asih dan menolak Asah, karena itu akan membuat kita manja dan lemah. Kita juga tidak bisa hanya Asah tanpa Asih, karena itu akan membuat kita menjadi kaku, sombong, dan jauh dari Tao.
Kesimpulan:
Siu Tao jika sudah melepas Ego mungkin bukanlah perjalanan solo lagi. Ia adalah sebuah simfoni yang harmonis. Untuk berkembang dalam Xiu Xin, Xiu Yang, dan Xiu Xing, kita perlu merangkul kearifan “Saling Asah, Saling Asuh, Saling Asih.”
Mari kita jadikan Taokwan (tempat ibadah/komunitas) kita sebagai ladang praktik. Beranilah untuk “mengasah” dengan lembut, bersedialah untuk “diasah” dengan rendah hati. Tuluslah dalam “mengasuh” mereka yang membutuhkan, dan terbukalah untuk “diasuh” saat kita rapuh. Dan di atas segalanya, biarkan “Kasih” (Asih) yang bersumber dari Tao menjadi napas dari setiap interaksi kita.
Dengan begitu, kita tidak hanya bertumbuh sendirian, tetapi kita bertumbuh bersama, menjalan visi Zheng Dao Li Shang Hu, dan kembali ke haribaan Tao yang Agung.
Semangat kawan, rajin liankung karena semua ini hanyalah Sekejab Abadi…
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.
