Istilah “无常” (wúcháng) pada awalnya berartikan tentang ketidakkekalan; dalam teks keagamaan populer (mis. Dizang Jing) muncul sebagai “无常大鬼”—perwujudan datangnya maut yang “tak diundang”. Tradisi rakyat kemudian mempersonifikasikannya menjadi dua petugas dunia bawah: Heibai Wuchang—Hitam dan Putih—yang menuntun arwah memasuki pengadilan Yama. Simbol hitam–putih sering ditafsirkan sebagai siang–malam / yin–yang, dan (di luar Fujian) keduanya lazim digambarkan setinggi, membawa lentera, bendera penuntun arwah, atau tongkat tangisan (哭丧棒).
Dalam kepercayaan Taoisme 无常 akhirnya dipersonifikasikan menjadi dewa/roh, khususnya 黑白无常 (Hei-Bai Wuchang), yaitu dua “petugas dunia bawah” yang mengawal roh ke istana Yama (阎罗王).
Dalam banyak kisah, kedua nama aslinya adalah Xie Bi’an (谢必安) untuk Bai Wuchang dan Fan Wujiu/Wuzhou (范无咎/范无救) untuk Hei Wuchang. Bai Wuchang digambarkan tinggi, berwajah pucat, lidah menjulur; Hei Wuchang lebih pendek/berbadan besar dan berwajah gelap. Mereka dijuluki “Qiye 七爷 (Tuan Ke-7)” dan “Bayé 八爷 (Tuan Ke-8)”, bawahan dewa-dewa berperan yudisial seperti Chenghuang (城隍). Detil ikonografinya—topi tinggi dengan frasa seperti “一见生财/一见大吉” pada Bai, dan “天下太平”(kadang “正在捉你”)pada Hei—sering disebut dalam ensiklopedia rakyat dan tanya-jawab budaya berbahasa Mandarin.
Kapan legenda ini muncul?
Penelusuran akademik berbahasa Mandarin menyimpulkan bahwa “Heibai Wuchang” sebagai pasangan petugas arwah paling lambat sudah terbaca pada awal Dinasti Ming–akhir awal Qing, kira-kira sekitar masa penyusunan Yushi Mingyan (喻世明言) sekitar 1621. Kajian juga menelusuri bagaimana dari gambaran “hantu penjemput” yang menakutkan, sosok ini bertransformasi menjadi dewa pelindung yang menenteramkan, bahkan penjaga anak-anak dan dewa pembawa rezeki, dalam proses panjang evolusi kepercayaan rakyat.
Satu figur atau dua tradisi?
Sumber berbahasa Mandarin membedakan dua arus besar:
“Heibai Wuchang” (umum Tiongkok daratan) Dua petugas dunia bawah bergaya seragam hitam/putih, kedudukan mereka formal sebagai pencatat/pengantar arwah “netral”—seperti “petugas catatan sipil” alam baka. Atributnya lebih administratif: tongkat, bendera, lentera.
“Jenderal Xie–Fan/范谢将军 (Qiye–Bayé)” (kuat di Fujian–Taiwan) Versi ini menekankan kecerdasan moral “ganjar yang baik–hukum yang jahat” dan peran menangkap roh jahat (bukan sekadar mengantar arwah). Legenda asal-usul paling populer: Xie dan Fan adalah sahabat/petugas yamen yang berjanji bertemu di bawah jembatan; Fan (lebih pendek) tenggelam karena tetap menunggu saat air bah datang, Xie (lebih tinggi) gantung diri karena rasa setia/salah; kesetiaan mereka mengharukan Yu Huang Dadi, yang kemudian menganugerahi keduanya jabatan dewa. Dalam ikonografi Taiwan, satu tinggi satu pendek; memegang kipas bulu, rantai, papan “赏善罚恶”.
Penelitian budaya keagamaan Taiwan juga menekankan perbedaan posisi: Heibai Wuchang terkenal di seluruh ranah budaya Tionghoa sebagai pengantar arwah; Xie–Fan justru aktif dalam pawai keagamaan (遶境) sebagai “dewa-dewa penjaga (神将/家将)” yang menyapu bersih roh jahat di wilayah kekuasaan Chenghuang atau Wangye.
Ikonografi: tulisan di topi dan alat di tangan
Bai Wuchang (谢必安): topi bertuliskan “一见生财/一见大吉” (menandai restu/berkat bagi yang hormat pada dewa), sering membawa 哭丧棒 atau kipas.
Hei Wuchang (范无咎/救): topi “天下太平” (atau versi rakyat: “正在捉你/你也来了”), membawa rantai, belenggu, atau papan “赏善罚恶”. Sumber budaya populer/ensiklopedia Mandarin mengulang pola ini dan menambahkan bahwa di beberapa daerah nama dan pasangan Bai tidak selalu “Fan”—variasi lokal sangat banyak.
Kepercayaan dan praktik masa kini
Ritual & Pawai: Di Taiwan—khususnya Taipei (艋舺/孟甲) dan kawasan selatan—Qiye–Bayé lazim tampil dalam pawai ulang tahun dewa (遶境) sebagai penjaga barisan dan simbol “mengamankan wilayah, menegakkan keadilan”. Banyak kuil memasang patung raksasa “shenjiang” (神将) dua sosok ini.
Pemuliaan di kuil-kuil tertentu: Ada kuil yang menempatkan Xie–Fan sebagai pendamping utama dewa-dewa besar; bahkan ditemukan kuil yang memuja mereka sebagai dewa utama, lengkap dengan catatan sejarah, arsitektur, dan ritual tahunan (contoh: 彩凤庵 di Changhua). Arsip budaya Taiwan juga merekam contoh artefak “Qiye Bai Wuchang” di Yanshui Dazhong Temple.
Peran sosial-religius: Kajian sosial keagamaan menempatkan mereka dalam konteks “keampuhan (灵验) dan kegunaan praktis” dari kepercayaan rakyat: menjaga ketertiban moral, mengusir roh jahat, juga pemberi restu rezeki (khususnya citra Bai Wuchang sebagai “membawa rezeki bila berjumpa”).
Tanggal perayaan yang erat kaitannya dengan sosok Heibai Wuchang (黑白无常) adalah Festival Hantu, yaitu Zhongyuan Festival atau Ghost Festival, yang jatuh pada:
Hari ke-15 bulan ke-7 kalender lunar Tionghoa (农历七月十五), dikenal sebagai 中元节 (Zhongyuan Jie) dalam Taoisme, atau 盂兰盆节 (Yulanpen) dalam tradisi Buddha.
Alasan keterkaitannya erat dengan Heibai Wuchang:
Pada malam tersebut (Ghost Festival), dipercaya bahwa gerbang dunia roh terbuka, memungkinkan berbagai roh berkeliaran di dunia manusia. Dalam tradisi rakyat dan perayaan, sering digambarkan sosok-sosok penjaga seperti Heibai Wuchang turut hadir dalam imaji festival sebagai ‘envoys of hell’—penjemput arwah atau entitas langit bawah yang berpatroli di dunia manusia.
Misalnya, dalam sejumlah perayaan karnaval atau lukisan tradisional Qing mengenai ritual “Liberation Rite of Water and Land”, Heibai Wuchang muncul sebagai dua sosok pasti dalam parade roh malam itu
Sumber :
Wikipedia
Airitilibrary.com
Xie Shen En
Cerita Dewa Dewi Tao yang lain lengkap bisa dibaca di aplikasi Klentengpedia Google Playstore