Da Jia Xue Dao Hao, Salam Tao… Mungkin dan mungkin dari kita jika sempat bertemu Lie Shang Hu Shifu, pernah mendengar kata “SEKEJAB ABADI”. Apa ada yang pernah bertemu ? Sekarang mungkin Anda lagi senyum senyum sendiri membayangkan Shifu kita sendiri sedang berkata “Sekejab Abadi”. Bagi pikiran yang terbiasa mengukur dan membelah, frasa ini terdengar seperti sebuah teka, teki, sebuah paradoks yang mustahil. Pikiran kita, yang terdidik untuk melihat waktu sebagai garis lurus, dari masa lalu yang telah mati hingga masa depan yang belum lahir, bertanya, “Bagaimana mungkin sesuatu yang ‘sekejab’ (fana, singkat) bisa sekaligus ‘abadi’ (tak terbatas, kekal)?” Namun, bagi seorang praktisi Tao atau Taoyu, ini bukanlah teka, teki untuk dipecahkan. Ini adalah kebenaran untuk dialami. Ini adalah deskripsi paling jernih tentang bagaimana realitas, bagaimana Tao (Jalan), sebenarnya bermanifestasi. Sebagai seseorang yang berusaha berjalan di atas Jalan, saya tidak akan mencoba “menjelaskan” ini kepada Anda seolah-olah ini adalah soal matematika. Sebaliknya, mari kita merenungkannya bersama, seperti dua orang yang duduk di tepi sungai, mengamati aliran air yang tak pernah berhenti namun selalu hadir. 1. Membongkar Ilusi tentang “Abadi” Kesalahan pertama kita adalah pada kata “abadi”. Pikiran kita telah dikondisikan untuk membayangkan keabadian sebagai sebuah waktu yang tak berujung di masa depan. Sebuah surga yang statis, sebuah hadiah di akhir kehidupan, sebuah tempat di mana tidak ada yang berubah. Bagi seorang Taois, ini adalah ilusi. Keabadian bukanlah sebuah durasi. Keabadian adalah Sumber. Dalam Taoisme, keabadian adalah Tao itu sendiri. Tao (dibaca: Dao) adalah “Jalan” atau “Cara”. Ia adalah prinsip dasar alam semesta yang tak berbentuk, tak bernama, namun melahirkan segalanya. Lao Tzu menyebutnya sebagai “Ibu dari Sepuluh Ribu Benda” (sebutan untuk segala sesuatu di alam semesta). Sekarang, perhatikan ini: Tao itu abadi, namun ia tidak pernah statis. Ia adalah aliran energi kosmik (Qi) yang terus, menerus bergerak. Ia adalah tarian tanpa akhir dari Yin (kegelapan, penerimaan, kelembutan) dan Yang (cahaya, tindakan, kekuatan). Keabadian Tao adalah keabadian sebuah sungai. Apakah sungai itu statis? Tidak. Airnya terus bergerak. Air yang Anda sentuh detik ini bukanlah air yang sama dengan yang Anda sentuh detik berikutnya. Namun, apakah “sungai” itu sendiri berhenti ada? Tidak. Ia abadi dalam gerakannya, dalam prosesnya. Jadi, “abadi” bukanlah sebuah tempat yang akan kita tuju. “Abadi” adalah sumber yang tak pernah kering yang saat ini juga sedang melahirkan realitas. Ia tidak terpisah dari kita. Ia adalah napas yang sedang Anda hirup dan tanah yang sedang Anda pijak. Keabadian adalah proses penciptaan yang sedang berlangsung, bukan hadiah di akhir perlombaan. 2. Menemukan Satu, Satunya Realitas: “Sekejab” Di sisi lain, ada “sekejab”. Ini adalah momen saat ini. Filosofi Tao sangat membumi (grounded). Ia tidak tertarik pada spekulasi tentang surga atau neraka. Ia bertanya: Di mana Anda sekarang? Bagi seorang Taois, inilah satu, satunya realitas sejati yang bisa kita alami. Mengapa? Masa lalu sudah tiada. Ia hanyalah jejak ingatan, seperti buih di belakang perahu yang sudah lama lewat. Menyesalinya, terpaku padanya, adalah upaya untuk hidup di dalam gema. Itu menciptakan penderitaan. Masa depan belum tiba. Ia hanyalah proyeksi pikiran, sebuah bayangan. Mencemaskannya, mencoba mengendalikannya secara kaku, adalah upaya untuk bergulat dengan kabut. Itu menciptakan ketegangan. Kita, manusia, sering kali hidup seperti hantu. Kita melayang di antara kuburan masa lalu dan impian masa depan. Kita jarang sekali menjejakkan kaki di sini, saat ini. “Sekejab” ini adalah satu, satunya titik di mana kehidupan benar, benar terjadi. Ini adalah tempat di mana kaki Anda menyentuh lantai. Ini adalah tempat di mana udara menyentuh paru, paru Anda. Ini adalah satu, satunya pintu gerbang menuju realitas. 3. Jantung Pencerahan: “Sekejab Abadi” Di sinilah letak keajaibannya. Ini adalah momen pencerahan di mana dua konsep tadi runtuh menjadi satu. “Sekejab Abadi” adalah kesadaran mendalam bahwa: Keabadian (Tao) tidak ditemukan di masa depan atau di luar dunia ini. Keabadian (Tao) hanya bisa dialami dan diakses di dalam momen “sekejab” saat ini. Ini bukanlah dua hal yang terpisah. “Sekejab” bukanlah bagian dari “Abadi”. “Sekejab” adalah cerminan penuh dari “Abadi”. Bayangkan sebuah samudra yang tak terbatas (Tao yang Abadi). Sekarang bayangkan setetes embun di atas sehelai daun di pagi hari (Sekejab). Bagi seorang praktisi Tao, di dalam satu tetes embun itu, jika kita melihatnya dengan cukup jernih, kita dapat melihat seluruh sifat dan hukum samudra. Ketika Anda sepenuhnya hadir di saat ini, tidak terganggu oleh pikiran masa lalu atau masa depan, Anda menjadi selaras dengan aliran Tao. Saat itulah Anda menyentuh keabadian. Ketika Anda benar, benar ada di sini, pikiran Anda yang biasanya riuh menjadi tenang. Pikiran yang tenang adalah seperti lembah yang dalam dan kosong. Dan ke dalam lembah yang kosong itulah, Tao dapat mengalir masuk dan mengisinya. Dalam “sekejab” itu, pemisahan antara “aku” dan “alam semesta” menghilang. Anda menyadari bahwa napas yang Anda hirup adalah napas yang sama dengan yang dihembuskan oleh pohon. Anda menyadari bahwa energi di dalam sel, sel Anda adalah energi yang sama dengan yang menggerakkan bintang, bintang. Anda tidak lagi mencari Tao; Anda menyadari bahwa Anda adalah manifestasi Tao yang sedang terjadi saat ini. Waktu linier, jam, menit, detik, menjadi tidak relevan. Yang ada hanyalah keberadaan (being) yang dalam dan luas. Inilah yang dirasakan seorang seniman yang tenggelam dalam karyanya. Inilah yang dirasakan seorang atlet yang berada “di zona”. Waktu terasa berhenti, padahal kenyataannya, mereka baru saja masuk ke dalam satu, satunya waktu yang nyata: Sekarang yang Abadi. 4. Bagaimana Kita Menemukan Jalan Ini? Ini bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan atau direncanakan. Ini adalah sesuatu yang harus dipraktikkan. Jalan menuju “Sekejab Abadi” ditopang oleh dua pilar besar dalam Taoisme: Wu Wei dan Ziran. A. Wu Wei (無為): Tarian Tindakan Tanpa Paksaan Wu Wei sering diterjemahkan sebagai “tanpa aksi” atau “tindakan tanpa usaha”. Ini adalah terjemahan yang sering disalahpahami. Wu Wei bukan berarti kemalasan atau tidak melakukan apa, apa. Wu Wei berarti bertindak secara spontan, selaras dengan aliran alami Tao, tanpa memaksakan kehendak ego Anda. Ego kita selalu ingin ikut campur. “Saya harus membuat ini terjadi,” “Saya harus mengendalikan hasilnya,” “Apakah yang saya lakukan tadi benar?” Bayangkan seorang pembuat tembikar di atas roda putarnya. Jika ia terlalu kaku dan memaksakan kehendaknya pada tanah liat (ego), tembikar itu […]