Kesuksesan Materi
Oleh: Albert Hendra Wijaya
Setuju atau tidak?
Jika setuju – bagaimana? Jika tidak – kenapa?
Semua diantara kita pasti akan sependapat jika saya mengatakan bahwa kita semua mempunyai keinginan yang sama dalam hidup kita ini yaitu ingin mencapai keberhasilan / sukses yang setinggi-tingginya.
Kesuksesan adalah derajat keberhasilan seseorang dalam pemenuhan subjective terhadap kebutuhan hidupnya (material maupun spiritual baik secara quantitative maupun qualitative). Mengejar kesuksesan hidup (secara keseluruhan) memang merupakan idaman bagi setiap orang. Yang menjadi permasalahan, adalah bahwa kesuksesan itu kerap kali terasa sebagai sesuatu hal yang tidak mudah atau bahkan sangat sukar sekali untuk dicapai bagi kebanyakan orang. Dan pada skala yang lebih extreme bahkan dapat terasa sebagai hal yang tidak mungkin dapat dicapai oleh sekelompok orang tertentu.
Kebanyakan orang sukses merasa belum sukses
Ceritanya ada seorang wartawati muda dan cantik yang baru saja memulai karier jurnalistiknya. Dalam salah satu karya tulisannya, ia mencoba mengadakan penyelidikan tentang kesuksesan dari tokoh-tokoh berhasil yang sudah kondang dari negeri ini.
Pada satu kesempatan wawancara dengan tokoh A, dia bertanya “Bagaimana pendapat Bapak mengenai kesuksesan yang telah dicapai?” Tokoh A: “Sebenarnya saya masih belum pantas untuk dikatakan sukses karena pada kenyataannya keberhasilan saya sekarang ini adalah peninggalan jerih payah orang tua yang diberikan kepada saya”.
Kemudian pada kesempatan yang lain wartawati itu mengajukan pertanyaan yang sama pada tokoh B, yang dijawab: “Semua ini adalah kebetulan karena saya mendapatkan bantuan dan dukungan dari seseorang (tidak etis menyebut namanya)”
Wawancara ketiga dengan tokoh C, dia mendapat jawaban: “Bagaimana saya dapat dikatakan sukses sedangkan apa yang seharusnya dapat saya capai sebenarnya lebih dari hanya yang seperti ini, karena ….bla….bla….”.
Setelah menjumpai sekian banyak tokoh-tokoh akhirnya wartawati tadi berhasil menemui tokoh X yang merupakan tokoh sukses pekerja keras yang meniti kariernya dari bawah dan benar-benar dengan kemampuan dirinya sendiri. Dengan pertanyaan yang sama dia mendapatkan jawaban: “Saya mungkin kelihatan berhasil / sukses, tetapi terus terang saya tidak bahagia, karena …. bla … bla ….(penjelasan panjang) ….bla….bla…! Apa yang kamu lihat itu khan cuma dari luarnya saja…!”
Mendapati kenyataan bahwa hampir semua orang yang dipandang sudah suksespun masih merasa dirinya belum berhasil / sukses seperti yang dipandang orang lain, maka timbullah pertanyaan dalam benak wartawati itu:
Itu adalah sebagian alternative penilaian orang yang tentunya bisa benar dan salah? Bagaimana menurut anda?
Materi
Dalam belajar Tao () ada “Lima Bahagia” yang merupakan tujuan hidup yang diidamkan, meliputi:
Lima bahagia ini mungkin dapat kita pakai sebagai barometer kesuksesan diluar keberhasilan dalam mencapai Tao-nya tentu saja.
Jika kesuksesan dapat kita anggap sebagai kondisi / tingkat kualitas kehidupan seseorang, yang merupakan akumulasi hasil kemampuan dan usahanya, maka seharusnya setiap individu harus dapat menyadari dan meletakkan dirinya pada titik posisi diri yang tepat (sesuai kondisi dirinya masing-masing) untuk kemudian terus berusaha dalam interaksi positif dengan lingkungannya untuk mencapai kesuksesan (secara keseluruhan).
Dalam kenyataan sehari-hari, biasanya gambaran seseorang mengenai kesuksesan / keberhasilan masa depannya lebih bersifat subjective. Subjektifitas ini dibentuk oleh pengaruh dari dalam diri (internal) maupun dari masyarakat / lingkungan (external).
Hal inilah yang membuat sebagian besar pandangan orang terhadap pengertian kesuksesan itu tidak proposional (tidak seimbang pada tempatnya), cenderung berat sebelah yaitu ke masalah materi dan cenderung menggunakan kacamata orang lain untuk menilai dirinya sendiri.
Hal tersebut di atas terjadi karena pada kenyataannya adalah memang lebih sulit untuk mengenal diri sendiri daripada melihat sesuatu ke orang lain.
Sesuatu yang dapat dilihat secara visual (materi) akan lebih mudah untuk dijadikan ukuran kesuksesan. Terlebih lagi, bahwa sudah menjadi kodrat manusia untuk ingin menjadi “lebih”, dan tidak mengenal rasa puas.
Makanya kebanyakan orang cenderung untuk selalu “melihat ke atas”, daripada “melihat ke bawah”. Contohnya: seseorang yang sudah hidup berkecukupan secara materi, tetapi merasa kehidupan keluarganya (hubungan dengan anak istri) terlalu dingin, kemudian dia ingin memperbaiki keadaan. Tetapi konyolnya yang dilakukan justru adalah dengan menambah jam kerja dan kesibukan bisnisnya, yang menurut dia dapat memancing rasa semakin saling membutuhkan dan keterikatan antara dia dengan anak istrinya. Ironisnya, yang terjadi adalah anak istrinya justru merasa tidak diperhatikan. Seterusnya gejala ini biasanya akan cenderung berkembang kearah yang kurang positif.
Saya setuju sekali untuk mengatakan bahwa jika dapat menguasai materi, kita akan relatif lebih mudah menyelesaikan permasalahan dan tekanan hidup duniawi. Tetapi tentunya jika tidak disertai pemahaman yang cukup, kecenderungan yang sering terjadi adalah orang menjadi sangat tergantung pada materi, dimana posisi utama dalam kehidupan sebagai senjata pamungkas untuk membeli bahkan menciptakan kepuasan batinnya.
Nah sampai disini pesannya adalah: “Materi tetap bukan segalanya lho…!”
Nah kembali lagi, walaupun mengejar dan terus mengejar keberhasilan dan kesuksesan (biarpun hanya materi saja) tetap relevan, berguna dan memberikan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup setiap orang dan juga kepuasan aktualisasi dirinya, walaupun pada akhirnya kesadaran kita akan terbentur pada kenyataan bahwa kesuksesan / keberhasilan selalu tidak ada batasnya.
Dan yang lebih penting: keberhasilan secara materi saja tanpa diimbangi pencapaian aspek batin / moral hanya membawa kekosongan dalam hidup kita.
Lho, bukankah kita belajar Tao () untuk mencapai kosong?
Bagi yang hobby “gathuk-gathuk” (asal nyambung). Sorry ye …!, ini nggak ada hubungannya!
Memang begitulah keberadaan materi, justru sebagai seorang Tao Yu ( ) kita harusnya bisa menempatkan diri pada posisi dan porsi yang tepat.
Jadi kita perlu mengenal diri kita dengan lebih baik. Kita sebagai manusia membutuhkan materi dan spiritual sama pentingnya. Oleh karena hanya melalui kedua-duanya kita bisa mengatasi kesemuanya. Jika kita bisa memahami diri kita apa adanya dan juga mengerti arti keberadaan materi, maka baru saya sangat setuju jika ada yang mengatakan kita harus mengejar materi sebanyak-banyaknya!
Untuk sukses tentu saja tidak hanya ada satu jalan saja, karena ternyata semua jalan yang ada pada dasarnya dapat membawa kita menuju ke kesuksesan. Adapun tentunya masing-masing individu yang ingin sukses haruslah mempunyai dan menanamkan sifat-sifat positif sebagai modal utama untuk memetik kesuksesan tersebut pada saatnya. Adapun sifat dan kebiasaan yang harus dimiliki adalah:
Faktor X
Ada tidaknya faktor X (keberuntungan atau kenaasan) memang kadangkala justru menjadi faktor penentu hasil akhir pada kenyataannya, tetapi hal ini tidak dapat kita asumsikan pada setiap awal usaha kita karena akan cenderung membuat semua pertimbangan kita mengandung unsur spekulasi yang sangat tinggi. Faktor X ini (ada atau tidak) lebih baik tidak perlu terlalu kita risaukan, karena saya yakin hanya dengan pengerahan seluruh kemampuan dan usaha kita yang terbaik secara berkesinambunganlah yang pada akhirnya akan membuktikan segalanya.
Nah itulah sekuntum bahasan praktis yang saya sarikan dari pengamatan sehari-hari. Tidak dapat disangkal juga bahwa mungkin ada hal yang tidak mutlak atau bahkan dapat diabaikan sama sekali dalam pelaksanaannya berkaitan dengan masing-masing individu, akan tetapi disini saya hanya ingin menyampaikan “sesuatu yang pada umumnya”, yang saya sendiri juga merasa sangat memerlukannya sebagai komponen diri yang positif. Diluar hal-hal tersebut diatas yang sangat ringkas tentunya dapat dimunculkan sangat banyak hal yang dapat dibahas satu-persatu yang juga semoga ada manfaat-manfaatnya.
Demikian penulisan ini semoga dapat memberikan nuansa pandangan yang lain, yang minimal dapat dipakai sebagai bahan penyegaran.