Da Jia Xue Dao Hao,
Dewa Hwa Tuok Sien She (Hwa To Sian Shu)
Adalah Tabib Dewa yang terkenal pada jaman Dinasty Han Timur Akhir atau sering disebut jaman San Kwok (Sam Kok 221 – 624 Masehi)
Hwa Thuok mahir dalam ilmu bedah operasi dan mahir ilmu akupunktur (tusuk jarum). Disamping itu penemuannya yang sangat terkenal sampai saat ini adalah senam kesegaran jasmani yang isebut Wu Jin Su (Senam gerak 5 Binatang). Senam ini sampai sekarang masih popular di Tiongkok, Taiwan dan ada juga yang mengembangkannya di Indonesia.
Hwa Thuok tidak hanya gemar membaca, tetapi juga terus berkelana untuk mempratekkan teknik pengobatan dengan tidak mengenal lelah. Karena pengalaman dan ketepatan dalam mendiagnose penyakit, beliau menjadi Tabib terkemuka pada jaman itu. Beliau memiliki bakat untuk menentukan segala penyakit dengan melihat gejala luar penderita. Suatu ketika itu bertemu dengan rombongan orang orang yang sedang minum minum di sebuah kedai arak, beliau terperanjat ketika melihat cahaya muka salah seorang diantara mereka. Dihampirinya orang itu dan ia bertanya apakah ia merasa kurang enak. Orang orang itu menjawab bahwa ia tidak mempunyai kelainan perasaannya. Hwa Thuok berkata bahwa ia mengidap penyakit yang gawat dan harus menghentikan minum arak. Ternyata benar ia meninggal dunia tak lama kemudian.
Di dalam bidang tusuk jarumpun besar peranannya. Beliau menemukan “Titik titik Akupuntur” ditulang belakang yang disebut “Cia Ji”. Hasil karya dalam bidang tusuk jarum yang berjudul “Buku Akunpunture Hwa Thuok” masih merupakan literature yang berharga adalah pengembangan “pati rasa” dengan menggunakan obat yang diminum (bius). Cara ini sangat berguna dalam operasi pembedahan. Resepnya terdiri dari beberapa bunga dan tanaman hias yang beracun yang banyak tumbuh diwilayah Tiongkok Selatan. Cara yang dipakai ini kemudian menyebar luas sampai kedunia Arab dan keseluruh dunia.
Sayang… Tabib Dewa ini menerima nasib yang tragis ditangan Cao Cao (Menteri Penghianat jaman San Kwok). Seperti yang dikisahkan pada novel San Kwok, pada saat Cao Cao menderita sakit kepala yang gawat (kanker otak), banyak sekali tabib yang terkenal didatangkan untuk mengobati penyakitnya itu, tetapi tidak berhasil.
Akhirnya Hwa Thuok terpaksa dipanggil, setelah diperika tabib ini berkata, bahwa penyakit Cao Cao ini hanya dapat disembuhkan dengan pembedahan di kepala. Mendengar hal ini Cao Cao menjadi gusar dan curiga (Cao Cao adalah orang yang selalu berprasangka buruk dalam segala hal), bahwa jangan jangan Hwa Thuok ini mungkin sengaja diutus oleh lawannya untuk membunuhnya. Karena gusarnya, Hwa Thuok dijebloskan kedalam penjara.
Memang Hwa Thuok sebelumnya pernah menyembuhkan Dewa Kwan Kong yang terluka panah beracun dilengannya. Luka itu sembuh berkat pembedahan Hwa Thuok. Ada rasa kagum Hwa Thuok kepada Kwan Kong yang timbul saat itu, karena Kwan Kong dapat menahan rasa sakit yang luar biasa pada saat pembedahan dilakukan hanya diatasi dengan bermain catur saja. Karena rasa kagumnya kepada Kwan Kong itulah yang mengakibatkan Cao Cao curiga jangan jangan Hwa Thuok ini sengaja diutus untuk membalas dendam atas wafatnya Kwan Kong. Didalam penjara Hwa Thuok menyerahkan buku buku pengobatannya kepada seorang sipir penjara yang merawat dan sangat bersimpati kepada beliau, karena tahu bahwa jiwanya tidak akan bisa diselamatkan lagi. Sang sipir penjara membawa buku buku resep obat tersebut pulang dan disimpan dengan baik baik. Tetapi sang istri yang berpandangan sempit, menganggapnya buku buku itu akan dapat membawa bencana, lalu dibakarnya. Untung saat itu sang sipir masih dapat menyelamatkan beberapa buku yang tidak sampai habis dibakar. Buku buku pengobatan dan resep resep tradisional Tiongkok inilah yang masih tersisa sampai sekarang menjadi andalan para sinshe (tabib).
Hua Tuo (Hanzi: 華佗) (145 – 208), lahir di Kabupaten Qiao (sekarang Haochou, Anhui) adalah seorang tabib yang sangat terkenal pada penghujung Dinasti Han dan Zaman Tiga Negara. Ia bernama lengkap Hua Yuanhua (華元化).
Biografi singkat
Tanggal kehidupan Hua Tuo tidak pasti. Perkiraan berkisar dari 110 hingga 207, dan dari 190 hingga 265 dan disimpulkan bahwa “perkiraan terbaik” adalah sekitar 145-208. Hua Tuo merupakan seorang yang lebih tua dari dokter Zhang Zhongjing (150-219).
Hua Tuo senang membaca buku sejak kecil, ia juga mahir dan menguasai beberapa buku sastra kuno, sesuatu yang tidak lazim bagi orang awam. Beberapa sarjana percaya bahwa ia mempelajari teknik medis Ayurveda dari misionaris Buddha awal di Tiongkok. Victor H. Mair menggambarkannya sebagai “ratusan tahun sebelumnya dalam pengetahuan dan praktik medis”, dan menyarankan namanya Hua Tuo, yang secara kasar diucapkan ghwa-thā dalam bahasa Tionghoa Kuno, dapat berasal dari istilah bahasa Sanskerta agada “obat ; toksikologi”.Beberapa cerita dalam biografi Hua Tuo “memiliki karakter Ayurveda yang mencurigakan” dan dia aktif “di daerah di mana komunitas Buddha pertama didirikan di Tiongkok”. Kemahirannya menyebabkan Gubernur Pei, Chen Gui memberikannya gelar pejabat yang kemudian ditolaknya. Beberapa gelar dari pejabat lainnya juga ditampik Hua Tuo yang meneruskan kariernya sebagai tabib kelana di pedesaan. Kemahirannya menyembuhkan penyakit menyebabkan namanya populer sebagai tabib mashyur di kalangan rakyat biasa.
Cao Cao yang mendengar kemahiran Hua Tuo kemudian mengutus bawahannya untuk meminta Hua Tuo menyembuhkan sakit kepala menahun yang dideritanya. Namun, Hua Tuo tidak suka berdiam diri di istana karena rindu kampung halaman dan kebebasan berkelana ke sana kemari. Dalam satu kesempatan, ia meminta izin kepada Cao Cao untuk pulang ke kampungnya untuk mengumpulkan obat-obatan tradisional. Sepulangnya Hua Tuo, ia menggunakan alasan bahwa istrinya sedang sakit untuk menghindari dipanggil pulang kembali oleh Cao Cao.
Setelah berkali-kali gagal memanggil pulang Hua Tuo, Cao Cao marah dan mengutus orang untuk menyelidiki keadaan Hua Tuo. Setelah tahu bahwa istri Hua Tuo tidak sakit, Cao Cao menangkap Hua Tuo dan menjebloskannya dalam penjara. Xun You, salah seorang menteri Cao Cao, memohon Cao Cao untuk memaafkan Hua Tuo, tetapi ditolak oleh Cao Cao. Akhirnya, Hua Tuo dihukum mati oleh Cao Cao pada tahun 208, tutup usia 63 tahun.
Xie Shen En
Cerita Dewa Dewi Tao yang lain lengkap bisa dibaca di aplikasi Klentengpedia Google Playstore