Sedikit sekali masyarakat Tionghoa yang mengetahui tentang Thay Shui (太岁; Tai Sui). Sudah begitu, sedikit sekali pula yang mengetahui kalau Dewa Thay Sui itu sebenarnya berjumlah 60.
Lalu apakah ada yang mengetahui tentang sejarah masing2 Dewa Thay Sui yang berjumlah 60 itu ? Siapa saja mereka ? Kenapa mereka terpilih menjadi Dewa-Dewa Thay Sui ?
Dari cerita2 legenda yang berkembang di masyarakat Tiongkok kuno, Thay Sui adalah sekelompok Dewa yang berjumlah 60, yang menguasai peredaran waktu. Oleh sebab itu, Dewa-Dewa Thay Sui ini sangat dihormati oleh masyarakat Tiongkok dan perantauannya di seluruh dunia!
Pemujaan terhadap Dewa Thay Sui tercatat dimulai sejak jaman Dinasti Yuan (1280-1368), yaitu pada waktu diadakannya sembahyang besar yang dilakukan oleh para Menteri dan Cendekiawan, yang tergabung dalam akademi penelitian sejarah Kekaisaran.
Dalam upacara2 keagamaan pada jaman2 sebelumnya, yaitu pada jaman Dinasti Tang (618-904) dan Song (960-1279), catatan persembahyangan terhadap Dewa Thay sui belum ditemukan.
Sembahyang terhadap Dewa Thay Sui dilakukan apabila ada sesuatu pekerjaan besar dan penting akan dilaksanakan. Oleh karena itu, altar untuk upacara sembahyang kepadanya didirikan di tempat terbuka.
Thay Sui sendiri termasuk “Dewa Bintang”, yang kira-kira disamakan dengan Jupiter (mitologi Yunani).
Pemujaan besar2an di altar seperti ini dimulai pada jaman Dinasti Ming (1368-1644), ketika Kaisar Ming pertama, Ming Taizu memerintahkan agar pemujaan Dewa ini dilakukan seluruh negeri.
Menurut legenda, Thay Sui Ye adalah putra Raja terakhir dari Dinasti Shang (juga dikenal dengan Dinasti Yin), Shang Zhou Wang (商紂王), seorang Raja yang lalim, Ibunya, permaisuri Jiang, dibunuh secara kejam oleh Kaisar atas hasutan selirnya, Daji (妲己).
Ketika dilahirkan, Ia berbentuk gumpalan daging yang aneh. Karena itu Daji menghasut sang Raja, agar bayi aneh itu segera dibuang saja, sebab dianggap berasal dari penjelmaan siluman.
Tapi seorang pertapa kemudian menemukan sang bayi yang berbentuk gumpalan aneh itu, dan membelah selaput pembungkusnya dengan pedang, dan tiba2 seorang bayi muncul dari dalamnya.
Pertapa ini kemudian menyerahkan bayi itu kepada He Xian Gu (何仙姑), salah satu dari 8 Dewa Ba Xian, yang selanjutnya mengasuh dan membesarkannya. Oleh pertapa itu, bayi ini diberi nama Yin Qiao, alias Yin Ting Nu.
Setelah berusia cukup, He Xian Gu memberitahu bahwa ia bukan anaknya, melainkan Putra Kaisar Zhou yang dibuang atas hasutan selir Daji.
Yin Qiao kemudian minta ijin pada penolongnya untuk membalas kematian Ibunya. Dewi Tian Shang Sheng Mu kemudian memberinya 2 macam senjata pusaka, berupa sebuah kapak perang dan sebatang toya emas.
Ketika pasukan Shang kalah perang, Yin Qiao menangkap Daji di menara tempat Daji tinggal, dan membawa ke hadapan kaisar Wu Wang, yang kemudian mengijinkan membunuh Daji untuk membalas sakit hatinya. Setelah peperangan selesai, Yu Huang Da Di kemudian menganugerahkan jabatan “Thay Sui” kepadanya.
Dalam Novel Feng Shen Bang (封神榜) atau Feng Shen Yanyi (封神演義), ada versi yang agak berbeda dengan yang dikatakan di atas.
Dikisahkan bahwa Yin Qiao dalam perjalanan turun gunung untuk bergabung dengan pasukan Jiang Zi Ya atas perintah Gurunya untuk menumbangkan Dinasti Shang, lantas bertemu dengan Shen Gong Bao, yang kemudian menghasutnya berbalik melawan Jiang Zi Ya.
Ketika dalam pertempuran, ia berhadapan dengan Ran Deng Dao Ren, pertapa sakti dari pihak Jiang Zi Ya. Karena kalah kesaktian, dia pun terbunuh. Setelah diadakan pelantikan para Dewa, Yin Qiao diangkat sebagai Tai Sui Xing Jun. Cerita ini bersumber dari buku Dewa-Dewi Kelenteng.
Setiap tahun, upacara kepada Thay Sui diadakan sesudah Tahun Baru Imlek oleh umat Taoisme, yaitu upacara Po Un. Begitulah sejarah ilmiahnya (secara astronomi, bintang Thay sui).
Sebenarnya, Thay Sui itu bukan wujud sesosok Dewa atau apa. Namun, cuma sebuah istilah dalam ilmu Astronomi Tiongkok kuno.
Ahli2 Astronomi Tiongkok kuno dulu telah menyadari, bahwa dari 5 bintang (planet) yang besar, terutama Mu Xing 木星 (bintang kayu, Jupiter), yang dalam peredarannya mengorbit selama 12 tahun, tepatnya 11,88 tahun (hitungan tahun bumi) dalam 1 lintasan lengkap.
Artinya kalau dihitung dari 1 titik di langit, Mu Xing ini akan beredar sesuai lintasan orbitnya, dan kembali ke titik tersebut dalam kurun waktu 12 tahun bumi. Ini berarti saat Mu Xing bergerak dengan jarak 1/12 lintasan orbitnya, maka waktu di bumi sudah berlalu selama 1 tahun.
Maka dari itu, orang2 jaman dulu menyebut Mu Xing sebagai Sue Xing (bintang umur, Sue = umur). Mu Xing beredar 1 putaran, yang berarti 12 tahun, dan 12 tahun inilah yang dipakai untuk menentukan standar tahun dan umur, yang dijabarkan dalam 12 istilah tahun waktu, yang lebih mudahnya dilambangkan dalam nama2 binatang (Shio).
Para ahli Astronomi Tiongkok juga mengamati bahwa Mu Xing ini beredar dari arah barat ke timur, sedangkan bintang2 lainnya beredar dari arah timur ke barat. Hal ini akan menyulitkan mereka dalam menentukan tahun dengan khusus melihat Mu Xing saja.
Oleh karena itu, mereka lantas secara abstrak menentukan seolah2 diseberang posisi Mu Xing, diandaikan ada sebuah “bintang” yang tidak kelihatan. Yang bergerak berbalik/berlawanan arah dari gerakan Mu Xing.
Dengan demikian, maka akan sesuai dengan arah gerakan bintang2 lainnya, sehingga memudahkan dalam menentukan waktu dalam astronomi Tiongkok Kuno. Nah “bintang” yang tidak kelihatan/nampak itulah dinamakan Thay Sue (Sue Yin, bintang Sue yang abstrak). Kata “Thay Sui” berarti Sue” yang paling awal.
Karena itu, kita tahu kalau para Astronomi Tiongkok kuno itu menggunakan arah dan posisi “bintang maya” ini sebagai petunjuk untuk menentukan awal sebuah tahun baru.
Sedangkan bagi manusia, setiap penambahan 1 tahun berarti penambahan umur juga. Makanya “bintang maya” diberi nama Thay = yang awal, sedangkan Sue = Umur. Jadi, Thay Sue adalah bintang yang paling awal dalam menentukan hitungan umur seseorang.
Lantas kenapa dalam sistem peramalan tertentu menggunakan “sosok” tertentu”?
Itu tidak lain sama seperti pertanyaan kenapa Shio menggunakan nama2 binatang tertentu sebagai lambangnya. Itu tak lain cuma sebagai patokan semu saja, untuk sekedar mempermudah suatu perhitungan (dan dalam mengingat) dalam praktek suatu ritual keagamaan.
Lalu Kenapa Ada yang Dilambangkan Dengan Sosok Para Jenderal?
Itulah sebabnya, kenapa kita selalu diwanti2 agar jangan sampai terjerumus ke dalam jurang ketahyulan, hanya karena tidak bisa membedakan mana yang nyata, dan mana yang abstrak.
Tapi juga jangan sampai tidak bisa menangkap sebuah kesempatan spiritual, gara2 terlanjur menganggap sesuatu yang nyata sebagai ilusi belaka.
Seperti halnya pengertian kata Thay Sui, maka Ciong Thay Sui adalah istilah dalam “Xiang Ming Xue”, yang dipakai untuk menunjukkan bahwa pada tahun itu merupakan tahun yang banyak halangan bagi orang2 yang mempunyai umur tertentu.
Sehingga oleh taose2 Taoisme, diusahakan untuk dicarikan suatu cara solusinya, hingga muncullah satu ritual khusus yang dinamakan “Po Un”. Nah di dalam ritual2 inilah digunakan tanda/gambar khusus untuk memudahkan jalannya ritual supaya lebih sempurna.
Lantas, kalau dikatakan bahwa nama Dewa-Dewa Tay Sui yang berjumlah 60, beserta lukisan/rupang hanyalah suatu rekaan belaka, apakah ini tidak akan menimbulkan pertanyaan selanjutnya? Misalnya, berarti ini semua hanyalah hayalan belaka? Ini semua hanyalah suatu “kebohongan”?
Apa yang ditulis oleh para ahli Astronomi Tiongkok itu memang benar adanya. Namun apa yang dilakukan oleh para ahli spiritual Tao juga tidak salah. Hanya pemahaman kita saja yang sering kebablasan, sehingga malah menyesatkan orang lainnya. Pengertian bintang Thay Sui, memang seperti penjelasan diatas.
Namun dalam Taoisme, memang ada sistem perhitungan tahun dan peramalan, berdasarkan posisi beredarnya bintang Thay Sui itu tadi.
Oleh karenanya, setiap manusia yang lahir pada tahun kelahirannya, mewakili arti dan posisi waktunya tersendiri. Makanya setiap tahun pasti ada yang “Ciong” dengan tahun yang sedang berlaku. Itupun berdasarkan perhitungan ramalan khusus.
Nah, untuk menetralisir efek “Ciong” tersebut, ada semacam ritual yang biasa kita sebut “Po Un”. Disini, tentu ada Dewa tertentu yang akan bertugas khusus untuk itu. Jadi Dewanya ya tetap Dewa, dan bintang Thay Sui-nya ya tetap bintang biasa, jangan dicampur-adukkan.
Hanya saja untuk lebih memudahkan, biasanya oleh orang2 disingkat saja sebagai “Pai Thay Sui”, atau sembahyang Thay Sui. Ini sebetulnya sebuah kesalahan yang salah kaprah. Kalau Anda tahu asal riwayat adanya “Yu Huang Da Di”, maka Anda akan paham secara otomatis persoalan diatas.
Karena itu, orang2 Siutao harusnya bisa menelusuri mengapa sampai ada ritual ini. Jangan asal telan saja, akibatnya kita akan mudah terjerumus ke dalam jurang ketahyulan.
Oleh : Nie Tjing Wen (telah direvisi seperlunya oleh penulis)
Diambil dari : arsip diskusi forum siutao.com
Diskusi antara : DaoRen, R3Qul3M, ZOOM, SHAN MAO & Conan, pada Oktober 2006.