Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Kekosongan adalah Awal dari Kebijaksanaan
Dalam kehidupan, seringkali kita terjebak dalam hiruk-pikuk dunia yang penuh dengan suara, pandangan, dan pikiran yang saling bersaing untuk mendominasi kesadaran kita. Dalam keadaan seperti ini, sulit bagi kita untuk menemukan makna yang mendalam atau memahami esensi dari keberadaan kita. Bahkan bisa dibilang dengan perkembangan sekarang ini banyak norma norma kekeluargaan tersisihkan, peradaban bergeser, dan bahkan adat serta budaya budaya keluarga dipertanyakan. Namun di sinilah kekosongan memainkan perannya yang sangat penting.
Mengapa Kekosongan Penting?
Kekosongan bukanlah kehampaan yang menakutkan. Sebaliknya, ia adalah ruang terbuka yang memberi kesempatan bagi kebijaksanaan untuk muncul. Sama seperti kanvas kosong yang menunggu goresan warna untuk menjadi lukisan, jiwa yang kosong dari prasangka dan ego siap menerima cahaya kebijaksanaan. Pemikiran ini sejalan dengan ajaran Laozi dalam Tao Te Ching, yang mengatakan, “Mengosongkan diri adalah cara untuk meraih pencerahan.” Bagi Laozi, kekosongan bukanlah ketiadaan, tetapi potensi tak terbatas untuk menjadi apa pun.
Belajar dari Alam dan Tao
Laozi mengajarkan bahwa alam adalah cerminan dari Tao (道), prinsip dasar dari segala sesuatu yang ada. Seperti air yang lembut namun mampu mengikis batu, kekosongan adalah sumber dari kekuatan sejati. Dalam bab 11 Tao Te Ching… Laozi menulis, “Tiga puluh jari-jari bergabung dalam satu pusat, namun kekosongan di tengah itulah yang membuat roda berguna. Ruangan dibentuk oleh dinding, namun kekosongan di dalamnya yang membuatnya berguna.”
Dan ijin menambahkan di sisi lain pemikiran seperti ini dipopulerkan dengan perspektif berbeda seperti filsuf Barat seperti René Descartes yang juga melihat kekosongan sebagai titik awal kebijaksanaan. Dalam bukunya Meditations on First Philosophy, Descartes memperkenalkan konsep “keraguan radikal” (methodic doubt) sebagai cara untuk mengosongkan pikiran dari asumsi yang salah. Dengan meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan, Descartes berusaha menemukan dasar yang tak tergoyahkan untuk pengetahuan, yang kemudian ia simpulkan dalam pernyataannya yang terkenal, “Cogito, ergo sum” (Aku berpikir, maka aku ada). Bagi Descartes, meragukan adalah langkah pertama untuk menemukan kebenaran sejati, mirip dengan konsep mengosongkan diri dalam filsafat Timur.
Ketika kita mampu menyingkirkan pikiran-pikiran yang bising, prasangka, dan ketakutan, kita membuka diri pada pemahaman yang lebih dalam. Kita mulai melihat dunia dengan mata yang baru, menerima setiap pengalaman sebagai pelajaran, dan memahami bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk bertumbuh.
Langkah-Langkah Menuju Kebijaksanaan melalui Kekosongan
Ternyata pemikiran sederhana dari Lao Zi bisa menjadi bahasa universal dan mempunyai arti luas dan dapat diterapkan di semua konteks kehidupan.
Kekosongan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dirangkul. Dengan mengosongkan hati dan pikiran kita, kita menciptakan ruang untuk kebijaksanaan yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih luas. Dari kekosongan itulah, kebijaksanaan sejati mulai tumbuh, sebagaimana Laozi menyatakan bahwa “keuntungan datang dari apa yang ada, namun kegunaan datang dari apa yang tidak ada.” Sementara itu, teori Barat oleh Rene Descartes mengajarkan bahwa dengan meragukan segala sesuatu, kita bisa menemukan dasar yang tak tergoyahkan untuk kebenaran.
RAGUKANLAH TAKDIRMU SAMPAI KAMU MENGERTI ARTI HIDUPMU – SIUTAO
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.