Budi Batin Memanggil
Ketika anda dengan sebuah hati yang jujur dan murni mulai terjun ke dalam Tao () dan mempelajarinya, pasti ada sesuatu yang anda idam-idamkan. Setidak-tidaknya keinginan tersebut timbul dari satu motivasi yang luhur. Ini adalah panggilan budi batin dalam hati, yang mana telah diolah dengan rasio dan pengertian yang tinggi, sehingga diterapkan dalam satu tindakan / kelakuan yang nyata pula.
Dari segi ini menunjukkan bahwa anda ingin memperdalam pengertian budi luhur, kecerdasan dll. Tindakan atas dasar inisiatif ini sudah tergolong “Wu” (sadar). Maka, Siu Tao ( ) itu adalah sesuatu yang mulia.
Cara-cara membuat sempurna fisik dan mental dalam Tao (), akan mempertinggi derajat jasmani dan rohani kita. “Dari nihil sampai ada, dari kosong sampai isi, kembali ke alam yang sadar sempurna”, semua ini dari kumpulan setetes demi setetes, tidak ulet, sukar baginya, tidak ada kejodohan tidak dapat dimulai juga.
Menyinggung apa yang disebut “Kejodohan”, memang agak terasa unik sekali, “waktu” mungkin ada yang duluan dan yang belakangan, secara kebetulan atau bukan kebetulan, entah pagi entah malam, asal tiba waktunya pasti timbul hasrat untuk menuju Tao (), harus sekali Tao () tetap Tao (). Kalau ada kejodohan / kecocokan / kesempatan, maka peganglah erat-erat.
Ilmu di dalam dunia ini tidak dapat kita pelajari semuanya, yang dikata: “Belajar Sampai Tua, Tidak Kunjung Habis”.
Inilah dia, maka satu-satunya jalan ialah harus “Wu” (inisiatif / memacu daya nalar) terus, apalagi Siu Tao tergolong kegiatan yang nyata dan harus dijalani sendiri, orang lain tidak dapat mewakilinya, beribu-ribu cara, sangat sukar untuk menemukan kuncinya.
Dari jaman ke jaman, banyak guru-guru yang mengajarkan dengan bertatap muka dan bertutur lisan, tentu ada dasar-dasar yang kuat, ini juga suatu hal yang aneh. Kalau belum mengalami gemblengan jangka panjang, pasti tidak akan mengerti apa sebetulnya alasan tersebut, karena proses-proses itu biasanya agak kabur dahulu, biarpun akhirnya jadi cemerlang.
Tetapi dalam tahap samar-samar sudah tidak tahan lagi, mana mungkin dapat menunggu datangnya terang!
Ini juga sebab utama selama ini mengapa banyak yang “Siu” tetapi sedikit yang berhasil. Dilihat sepintas lalu, semua itu memang mudah, namun banyak makna berguna justru sering terpendam di dalam persoalan-persoalan yang mudah-mudah, dan sering disepelekan oleh umat manusia.
Inilah penyakit bersama kita.
Tidak hanya dalam perjalanan belajar Tao (), dalam kehidupan sehari-hari, kalau membicarakan Tao lepas dari kenyataan sehari-hari, itu sudah nyasar / salah arah.
Dikatakan memang agak aneh, Tao () hanya menyuruh kita jadilah seorang yang agak baik, kalau sudah agak baik, lalu diperbaiki lagi, dan seterusnya, dan seterusnya, belajar lagi dan belajar lagi, hanya demikian saja.
Kurang yakin? Coba lihat kata-kata yang pernah diuraikan oleh Wali-Wali / Guru-Guru Besar lampau, tidak lain hanyalah menuntun / membina kita ke jalan yang benar, sedapat mungkin menyempurnakan diri, menjadi seorang yang agak baik, lebih baik.
Meditasi, diskusi Tao (), dll. kegiatan agama tersebut, tidak lain semua itu akan membina dan mendorong kita ke jalan yang lapang dan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik menjadi baik.
Sesudah belajar Tao (), perlahan-lahan akan mengerti kenyataan-kenyataan ini, dan kenyataan-kenyataan itu tidak dapat ditumbangkan begitu saja.
Dalam sejarah meskipun pernah juga lahir orang-orang yang ingin menumbangkan kenyataan, tetapi ternyata semua hancur tergilas oleh roda sejarah, hanya jadi buah bibir / bahan pembicaraan penerus-penerus jaman.
Awan hitam tidak dapat menutupi cahaya matahari, matahari menghangatkan dunia dan menyemarakkan dunia kembali bersemi, di samping itu juga menjadikan manusia-manusia dapat melihat bayangan dirinya, maka hanya manusia-manusia yang takut bayangannyalah yang tidak senang kepadanya.
Dalam Tao (), membina manusia mengenal diri, menggembleng diri, mawas diri, beginilah baru dapat mengetahui kecongkakan, kecerobohan dan kebodohan masing-masing. Dengan demikian tidak akan ceroboh atau rendah diri.
Dengan menggembleng diri tadi akan tumbuh ketabahan dan kekuatan batin, menciptakan cita-cita yang luhur untuk menghadapi segala yang rumit dan mensukseskan usaha ditambah penyempurnaan jiwa dan raga.
Kalau tidak ada bunga, angin, rembulan dan pohon-pohon rindang, tidak jadi alam yang indah. Kalau tidak punya keinginan, hobby dan perasaan, tidak jadilah normal jiwa. Hanya aku yang mengatur materi, bukan materi yang mengatur aku, maka hobby dan cita-cita merupakan bawaan yang mulia, benda-benda materi menjadi alat yang layak pula.