Buang Kecurigaan Yang Tidak Sehat
Oleh: Jimmy
Curiga, di waktu tertentu akan timbul demi mengetahui sesuatu agar lebih jelas, misalnya menuntut ilmu, meneliti dan lain-lain. Jika tidak menimbulkan pertanyaan dan curiga, maka akan terjadi belajar dengan buta, kurang dinamika dalam ilmu.
Dalam keadaan demikian, demi mengetahui apa sebetulnya dan ingin mengerti apa sebenarnya, maka tidak bisa tidak akan timbul pertanyaan dari kecurigaan tersebut. Curiga dan pertanyaan ini adalah hal masih positif jika sifatnya sementara.
Tetapi terlalu banyak dan terus menerus curiga dan mencurigai (terutama antara sesama manusia) itu sifatnya negatif, tidak sehat, dapat memperburuk hubungan antara manusia, merusak persatuan organisasi, merusak keharmonisan keluarga atau rumah tangga.
Apalagi bagi orang yang rasa curiganya tinggi, terhadap dirinya merupakan suatu beban batin yang berat, karena dia selalu was-was dan takut. Melihat orang lain berbisik-bisik saja sudah timbul curiga. Apakah orang tersebut menjelek-jelekkan dia? Usahanya apakah akan dirusak oleh si A? Si B?
Kalau demikian apakah tidak rugi? Pertanyaan demi pertanyaan berputar terus dengan efek bola es, makin lama akan semakin besar dan kalut, otomatis tidak akan merasa aman dan tidak dapat menikmati keadaan yang ada sekarang.
Konon di kota Hanjen ada seorang lelaki bernama Kim, yang dua puluh tahun lalu ketika masih duduk dibangku SD (sekolah dasar) melakukan pemeriksaan golongan darah yang hasilnya adalah golongan darah A. Tetapi karena kesalahan oleh pemeriksanya maka golongan darahnya ditulis O, selanjutnya dia tidak pernah memeriksakan golongan darahnya lagi dan selalu menganggap dirinya bergolongan darah O.
Setelah dewasa, dia menikah dengan seorang wanita yang bergolongan darah O. Dari perkawinan ini Kim mendapat anak pertama perempuan yang bergolongan darah O, dan tidak terjadi masalah apa-apa.
Selanjutnya lahir anak lelaki yang golongan darahnya A, sehingga Kim merasa aneh dan mulai curiga. Diam-diam dia mencari dokter dan menanyakan hal tersebut, dari sini dia mengetahui bahwa suami isteri yang golongan darahnya sama-sama O tidak mungkin mendapat anak yang bergolongan darah A.
Mendapat keterangan seperti ini, Kim berpikir bahwa isterinya pasti menyeleweng. Sedikit demi sedikit sifatnya berubah menjadi emosional, mudah marah dan tidak menyayangi isteri serta anaknya lagi. Sering Kim berkata kasar, marah tanpa sebab dan memukul isterinya.
Sang isteri terheran-heran mengapa suaminya menjadi seperti ini, tetapi juga susah untuk berbicara lagi dengan suaminya karena tidak dipercaya lagi. Keadaan seperti ini membuat batinnya tertekan sehingga stress dan depresi berat.
Karena kalut dan tidak tahan lagi maka sang isteri berpikiran pendek dan mengambil tindakan membunuh anak-anaknya kemudian bunuh diri.
Setelah peristiwa mengerikan itu, Kim diperiksa oleh dokter forensik dan baru mengetahui bahwa dirinya sebenarnya bergolongan darah A. Akan tetapi semuanya sudah terlambat, isteri yang setia dan baik juga anak-anaknya yang lucu sudah tiada semua. Apa yang indah dulu sudah tidak mungkin muncul lagi.
Sekarang dirinya hanya penuh dengan kutukan oleh batinnya sendiri serta penyesalan yang tiada akhirnya.
Sifat curiga yang negatif itu ternyata dapat berdampak yang sangat menakutkan. Bagi orang Siu Tao ( ), curiga mencurigai juga menjadi salah satu sumber permasalahan yang memusingkan.
Hidup akan tidak tenang, selalu mencurigai orang lain akan tidak baik bagi dirinya sendiri, selain itu akan mengundang berbagai intrik yang membahayakan. Padahal semuanya itu belum tentu benar, semuanya hanyalah bayangan ngawur yang dibuat-buat diri sendiri.
Ini adalah sebuah penyakit yang berbahaya, oleh karena itu penyakit seperti ini harus dikikis habis supaya tidak menimbulkan korban pada orang lain maupun diri sendiri.