Da Jia Xue Dao Hao,
Salam Tao…
Kesibukan di Era Modern yang Mengikis Tata Krama
Di era modern yang serba cepat dan penuh tuntutan, kesibukan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, dan tekanan untuk mencapai kesuksesan seringkali membuat manusia terjebak dalam rutinitas yang padat. Belum lagi tuntutan hidup yang seakan akan kita harus hidup secara sempurna (tidak bisa salah…). Kesibukan dan tuntutan hidup ini ternyata perlahan-lahan bisa mengikis nilai-nilai tata krama yang dahulu dijunjung tinggi dalam kehidupan sosial.
Prioritas yang Berubah
Yes pergeseran peradaban, kesibukan membuat banyak orang lebih fokus pada tujuan pribadi dan profesional mereka. Dalam dunia yang kompetitif, pencapaian materi dan karier sering kali menjadi prioritas utama, sementara interaksi sosial dan etika dalam berkomunikasi cenderung diabaikan. Misalnya, orang semakin jarang menyapa dengan sopan di lingkungan sekitar atau melupakan pentingnya etika dalam berbicara karena terburu-buru menjalani aktivitas harian. Hal ini jangan jauh jauh kita lihat contohnya, dengan kesibukan kita di kantor, toko dll, kadang2 orang tua menelpon kita aja sudah menjadi distracting yang banyak dianggap mengganggu, padahal itu adalah orang tua kita, sanak saudara kita. Sadarikah kamu ?
Hal ini juga bisa dilihat tentang sapa menyapa di Kantor, Klenteng, Taokwan dll. Betul bukan ?
Pengaruh Teknologi terhadap Tata Krama
Perkembangan teknologi telah membawa kemudahan dalam berkomunikasi, namun di sisi lain juga memperlemah kesadaran akan pentingnya etika berinteraksi. Percakapan tatap muka yang dulu penuh dengan kesopanan kini tergantikan oleh pesan singkat yang sering kali minim ekspresi dan penghormatan bahkan salam. Sering kita jumpai orang yang lebih sibuk dengan gadget mereka di meja makan dibanding berinteraksi langsung dengan orang di sekitarnya.
Individualisme yang Semakin Kuat
Kesibukan membuat manusia semakin individualis, di mana kepentingan pribadi lebih diutamakan dibandingkan kepedulian terhadap sesama belum lagi tuntutan hidup yang mengharuskan kita berbuat seperfect mungkin (tidak bisa salah…). Hal ini terlihat dalam berbagai situasi, seperti di transportasi umum di mana banyak orang lebih memilih sibuk dengan ponsel mereka daripada menawarkan tempat duduk kepada yang lebih membutuhkan. Sikap ramah, saling menghargai, dan tolong-menolong semakin terkikis akibat kesibukan yang menuntut fokus pada diri sendiri. Selain itu, karena orang banyak juga mempunyai sifat masing-masing, cara mereka menanggapi kesibukan bisa berbeda-beda, ada yang tetap menjaga tata krama, ada pula yang cenderung mengabaikannya.
Nah pertanyaannya bagaimana kita mengembalikan pentingnya tata krama dan kesopanan sebagai manusia seutuhnya? Dan bagaimana kita juga mendidik orang agar tetap berpikir positif tidak picik meskipun kita melihat tata krama orang lain yang wajar mulai bergeser karena keadaban ini.
Upaya Mengembalikan Tata Krama di Tengah Kesibukan
Meskipun kesibukan telah menjadi bagian dari kehidupan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengembalikan tata krama dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
Akhir kata Kesibukan memang tidak dapat dihindari, namun bukan berarti tata krama harus terabaikan. Dengan kesadaran dan usaha, kita masih bisa menjaga hubungan sosial yang harmonis dan beretika di tengah arus kehidupan yang semakin cepat. Diluar itu kita sebagai manusia tetaplah berpikir positif dan tidak picik janganlah menjudge sesuatu yang kiranya hanya berdasarkan opini dan emosi pribadi karena kita bercampur aduk dalam berorganisasi Generasi Baby Boomers, X, Y, Z, dan sekarang ini bahkan generasi Strawberry ^^. Dan ingat bentar lagi Sin Cia jangan lupa kumpul sama keluarga, cerita cerita, siapin senyum, dan angpao yaaaaa… Terima kasih.
Xie Shen En
Kesehatan adalah hak milik yang paling berharga. Kepuasan adalah harta benda paling bernilai. Kepercayaan adalah kawan paling baik. Tak menjadi apa-apa adalah kegembiraan paling besar.