Rumput Tidak Berakar
Yang disebut “Jodoh” atau kejodohan seakan-akan sudah lama bertalian dengan manusia tanpa sebab, tanpa jodoh tidak dapat bertemu, ada jodoh ada kecocokan barulah dapat hidup berdampingan.
Dikarenakan itulah maka menjadikan banyak persoalan-persoalan yang tidak dapat diselesaikan dalam dunia. Ini semuanya karena cocok/jodoh atau tidaknya.
Kalau memang Jodoh jarak jauhpun akan saling jumpa, kalau Tidak Jodoh tatap mukapun saling tidak mengenal. Perkawinan harus “Jodoh”. Saling kenal berdasarkan “Jodoh”, belajar Tao pun juga harus ada kejodohannya. Tidak heran memang semua itu tergantung kepada kejodohan.
“Meskipun hujan begitu lebatnya tidak menghidupkan rumput yang tidak berakar, meskipun Tao begitu hebatnya juga tidak menyeberangkan orang yang tidak ada kejodohannya”.
Anda dapat belajar Tao, termasuk ada kejodohan. Sudah ada kejodohan, maka haruslah dapat menyayangi kesempatan tersebut, sekali jodoh tetap jodoh.
Berdasarkan kejodohan tersebut, belajar Tao untuk mengenal diri, dan menemukan kembali “Aku Asli” yang sesat itu, bahkan maju lagi selangkah dapatkan sesuatu kekuatan yang nyata atau tidak nyata. Itulah yang disebut Kung dan Fak (cara dan daya).
Dalam mempelajari Tao, semuanya harus dialami dan jalani sendiri, seperti orang minum air, dingin atau panas akan diketahui sendiri, tidak dapat diwakilkan dan tidak dapat tergesa-gesa.
Jaman yang lampau, banyak Wali-Wali/Guru-Guru Besar menjawab pertanyaan-pertanyaan juga melihat kecocokan/kejodohan, dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:
Cara-cara tersebut di atas sejalan dengan pedoman “Mendidik tergantung kepada bahannya dan siapa dia”. Ini juga satu-satunya cara yang diambil karena murid-murid yang berbeda.
“Sementara tidak dijawab” itu dikarenakan mengingat bahwa pengikut-pengikut masih tidak dapat menerimanya, kalau sampai berbicara, akan lebih membingungkan, cara demikian layak dicontoh.
Tetapi, dunia sekian besarnya, ada saja yang aneh-aneh, yang tidak tabah, yang fondasinya kurang kokoh banyak sekali, maka ada yang berhenti di tengah jalan, bahkan ada juga yang mencaci-maki.
Orang-orang tersebut tidak sadar menginjak-injak kesempatan emas yang tidak ternilai harganya, sangat disayangkan, kalau kurang pengertian, kurang ketekunan, mana dapat menghasilkan apa-apa?
Betul juga, belajar sedikit, pasti dapat sedikit hasilnya, tetapi ada kesempatan mengapa tidak bersaing untuk maju, untuk mencapai rekor?
Mungkin juga sementara terkena hasutan meninggalkan jalan yang benar, namun harus ingat bahwa: “Biarpun aneka ragam persoalan-persoalan dalam dunia, tetapi kebenaran itu hanyalah satu. Kebenaran itu terkadang mungkin diselewengkan atau dikotori oleh debu-debu, tetapi bisikan hati dan batin yang asli akan tetap menjadi juri terakhir dan memvonis seadil-adilnya”.
Asalkan anda berbakat belajar Tao dan sedang belajar Tao, itu sudah mendapatkan jalan yang benar, karena biarpun bagaimana dalam tenggelamnya jiwa tersebut, setidak-tidaknya masih ada separuh sukma yang berusaha untuk menolongnya, apalagi “Di tempat-tempat yang dianggap kelas tinggipun masih akan terdapat orang-orang yang tidak seperti manusia”. Jadi tidak perlu rendah diri.
Dari Bawah sadar anda memberitahu anda Siu Tao ( ) itu sukar, justru sukar itulah baru menunjukkan keagungannya, maka hanya yang memperolehnyalah yang mengetahui. Yang tidak pernah mendapatkan, akan selamanya tidak mengerti apa sebetulnya.
Tao () menyuburkan benih-benih kebajikan, kebudian dalam hati manusia, menjadikan manusia giat mencari kesempurnaan, di samping itu juga beramal untuk sesamanya.
Di dalam proses pembinaan/pengubahan sifat manusia dalam Tao (), sering juga disalah pahami oleh orang-orang tertentu, letaknya karena sifat kesombongan, egois, dan minta cepat-cepat sukses.
Karena sifat-sifat demikian ini sebetulnya tidak akan lenyap sekejap mata, maka yang disebut perubahan atau didikan itu semuanya tergantung kepada keinginan kaum Siu Tao ( ) masing-masing, ini adalah pengertian yang pokok.
Tao menitik beratkan “Alami”, maka Siu Tao ( ) itu harus dari kemauan sendiri, kemudian barulah dapat belajar dengan tenang, dan dengan sendirinya akan mencapai titik “Wu” (Sadar) yang tinggi.
Ini dikarenakan dalam batin semua umat itu sudah terpendam bibit-bibit kebajikan, belajar Tao mencari jalan untuk menyuburkan bibit-bibit tersebut. Kecuali hanya serigala berbaju kulit dombalah yang berniat belajar Tao dengan maksud-maksud jahat. Meskipun dibina, sedikit kurang puas akhirnya juga tetap akan memusnahkan kebajikan tadi, tenggelam ke lautan sengsara tidak dapat timbul kembali, inilah mungkin yang disebut “Rumput tidak berakar”.