Da Jia Xue Dao Hao,
Dewa Chang Kuo Lao / Zhang Guo Lao ( 張果老 ) / Zhang Guo
Chang Kuo Lao atau Thio Ko Loo seorang pertapa dari pegunungan Chong Tiao San di Shansi yang hidup pada jaman Dinasty Tang, Kaisar Tang Dai Tong dan putranya Tang Kao Cong berulang kali mengundang beliau untuk hadir ke istana, tetapi beliau selalu menolak.
Akhirnya dibawah paksaan Kaisar Wanita Wu Ce Dien (Bu Tek Dian) tahun 684 – 705 Masehi, beliau akhirnya bersedia turun gunung meninggalkan pertapaannya, tetapi dalam perjalanan beliau mendadak meninggal dunia dan tubuhnya rusak membusuk dimakan ulat. Tetapi kemudian hari beliau muncul lagi di pegunungan Heng Chao dengan menunggang keledai yang menghadap ke belakang dan dapat menempuh jarak ribuan mil dalam seharinya. Kalau beliau tiba disuatu tempat, keledainya itu dapat disulap menjadi selembar gambaran yang dapat dilipat dan dimasukkan ke saku.
Seringkali Chang Kuo Lao menunjukkan kesaktiannya untuk berhubungan dengan orang yang sudah meninggal dunia. Beliau selalu mengatakan bahwa beliau sesungguhnya adalah Perdana Menteri Kaisar Yao (2375 – 2255 SM) yang menitis lagi.
Pada tahun pemerintahan ke 23 Kaisar Suan Cong dari Dinasty Tang, Chang Kuo Lao dipanggil lagi utuk hadir ke istana kerajaan. Beberapa gelar kehormatan kemudian dianugerahkan kepada Beliau. Pada waktu itu seorang pendeta Tao kenamaan yang sedang bertugas diistana bernama Ye Fa Shan diatanya oleh Kaisar, siapakah sebenarnya Chang Kuo Lao. Ye Fa Shan pendeta Tao mengatakan bahwa ia dapat memberitahukan asal usul Chang tapi setelah itu ia akan mati dikaki Kaisar dan saya dapat hidup kembali asalkan Sri Baginda bersedia minta maaf kepada Chang Kuo Lao atas kelancangan saya. Tetapi Baginda harus menghadapinya dengan telanjang kaki atau tanpa alas kaki dan tanpa memakai mahkota, pesan Fa Shan.
Begitulah setelah Fa Shan mengatakan bahwa Chang sesungguhnya adalah jelmaan dari seekor siluman kekelawar putih dari ribuan tahun yang silam dan setelah itu ia jatuh dan mati. Kaisar Suan Cong menemui Chang Kuo Lao dan meminta maaf atas kelancangan Fa Shan, kemudian Chang Kuo Lao memercikkan air kemuka Fa Shan yang kemudian hidup kembali. Chang Kuo Lao kembali ke pegunungan Heng Chou dan meninggal dunia disana pada tahun 746 Masehi.
Ketika seorang muridnya membuka makam beliau, ternyata jenasah Chang Kuo Lao telah lenyap dan makam itu telah kosong. Chang Kuo Lao sering dilukiskan dengan menunggang keledai dengan menghadap belakang, membawa alat musik yang bernama Yugu berwujud bambu dengan 2 tongkat penabuhnya.
Kisah tentang Delapan Dewa ini mulai dikenal sejak jaman Dinasty Tang yang diceritakan secara tutur tinular dari mulut kemulut secara lisan dikalangan rakyat dan kemudian dicatat oleh para penulis. Baru pada Dinasty Ming kisah Pak Sien (Delapan Dewa) buat ciptaan Wu Yuan Tai yang merangkai kisah “Delapan Dewa Menyeberangai Lautan Timur”.
Dalam kisah ini diceritakan bahwa Pak Sien dalam perjalanan pulang dari pesta yang diselenggarakan Dewi Si Hwang Mu. Ketika menyeberangi lautan timur dihadang oleh Raja Naga Laut Timur yang ingin merampas pusaka pusaka Dewa Dewi tersebut. Maka Raja Naga mengerakkan pasukan Laut, dan terjadilah pertempuran dahsyat yang akhirnya dimenangkan oleh Pak Sien (Delapan Dewa)
Zhang Guo Lao (Hanzi: 張果老) berarti “si tua Zhang Guo” adalah salah satu dari Delapan Dewa. Ia adalah seorang pendeta Tao yang hidup pada zaman Dinasti Tang. Saat masa pemerintahan Ratu Wu (608-705), ia mengaku telah hidup beberapa ratus tahun. Ratu Wu pernah mengundangnya untuk turun gunung, tetapi ia berpura-pura mati. Ia juga pernah memerintah sebagai Menteri bagi Kaisar Yao di kehidupan sebelumnya. Suatu ketika, kaisar Xuanzong menjadikannya pejabat dengan gelar Menteri Guanglu Biru Keperakan (銀青光祿大夫).
Zhang Guo Lao hidup sebagai seorang tabib dan ahli nujum di gunung Tiáo(條山) in di provinsi Heng (恒州 Héngzhōu). Ia senang membuat minuman dari tanaman dan tumbuhan obat. Anggota Delapan Dewa senang minuman buatannya yang dipercaya mengandung obat penyembuh. Selain penjelmaan dari kelelawar putih, ia menunggangi keledai ajaib yang dapat berjalan ribuan mil per hari secara terbalik (menghadap ke belakang). Keledai tersebut dapat dilipat seperti kertas dan disimpan di dalam sakunya. Untuk mengembalikannya, cukup diperciki air segenggam penuh. Biasanya ia membawa bulu burung phoenix atau buah tho(buah panjang umur). Simbol dari Zhang Guo Lao adalah tambur ikan, sebuah instrumen yang mampu menghasilkan suara bising. Salah satu yang paling eksentrik dari Delapan Dewa, ada jurus kungfu yang dibuat untuk menghormatinya, seperti tendangan saat salto ke belakang, dan kayang hingga bahu menyentuh tanah.
Pada tahun ke-23 masa periode Gai Yüan, pemerintahan kaisar Xuanzong (735) ia dipanggil ke Luoyang, dan dijadikan Pemimpin Akademi Pemerintah dengan gelar “Guru Besar”. Pada masa itu ada seorang pendeta Tao bernama Yue Fa Shan yang disukai kaisar karena keahliannya memanggil arwah. Sang kaisar menanyakan siapa itu Zhang Guo Lao. Jawabnya,”Jika saya memberitahu Anda, maka saya akan mati, kecuali Anda berjanji datang ke Zhang Guo Lao secara pribadi dan memohon untuk memaafkannya, maka saya dapat hidup kembali.” Setelah Xuanzong bersedia, maka Yue Fa Shan menjawab bahwa Zhang adalah “penjelmaan kelelawar putih yang sudah ada sejak awal kehidupan.” Pendeta tersebut langsung mati di tempat. Setelah Xuanzong meminta maaf, Zhang memerciki wajah sang pendeta dengan air, sehingga ia hidup kembali. Tak lama kemudian, Zhang jatuh sakit dan meninggal sekitar tahun 742-746 di gunung Tiáo. Ketika muridnya membuka kembali kuburnya, mereka mendapati kubur tersebut kosong.
Xie Shen En
Cerita Dewa Dewi Tao yang lain lengkap bisa dibaca di aplikasi Klentengpedia Google Playstore