Apa Dan Bagaimana Xiu Xin Yang Xing Itu?
Oleh: Siem Sit Cong
Kita mempelajari Tao () adalah untuk merevisi diri / Xiu Xin Yang Xing / Siu Sin Yang Sing, yang meliputi jasmani maupun batin kita, proses ini biasanya kita sebut Siu Tao. Dalam Siu Tao ini pertama-tama yang harus kita revisi adalah Ren Tao, yaitu bagaimana sikap dan perilaku kita sebagai manusia dan bagaimana cara kita memandang dan menyikapi permasalahan. Kalau Ren Tao (pembinaan diri) yang sebagai fondasi utama ini telah dipahami, baru kita mempelajari ilmu-ilmu yang lebih tinggi secara religius. Ini demi menjaga agar kita tidak kehilangan jati diri kita sebagai manusia.
Kita sebagai manusia kebanyakan hanya memikirkan kepentingan atau keuntungan pribadi atau kelompok, ini karena kita menuruti sudut pandang dari ego kita, tetapi kalau kita coba memakai sudut pandang dari pihak ketiga (orang yang tidak berkepentingan dalam segi untung rugi), pandangan atau asumsi kita akan berubah. Ini yang disebut hati nurani.
Dalam mendengar, memecahkan, mengerjakan sesuatu, kita harus memakai rasio, sedang rasio datang dari pengalaman hidup dan pengalaman-pengalaman hidup ini didapat dari banyaknya kita membaca, mendengar, mencermati bahkan mengalami kejadian-kejadian dalam mengarungi kehidupan ini.
Kita merevisi diri bukan hanya sebatas kesehatan fisik yang direvisi, tetapi justru yang terpenting adalah menggembleng hati nurani dan rasio. Untuk membina dua hal nurani dan rasio, kita membutuhkan kejujuran dan keberanian guna selalu intropeksi diri kita.
Diantara mahluk hidup didunia ini, manusia yang paling kreatif. Bukan manusianya yang cerdas, melainkan hatinya yang peka. Hati yang menjadi motor penggerak sehingga menimbulkan keinginan (nafsu). Nafsu mengintruksikan pada otak dan seluruh organ tubuh untuk berupaya atau melaksanakan apa-apa yang diinginkan oleh hati.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa hatilah yang menjadi komando dari seluruh keinginan dan perasaan kita. Karena itu dalam kita Siu Tao, pokok utama adalah belajar mengendalikan hati kita, jangan membiarkan hati kita mempunyai perasaan atau keinginan apa-apa yang negatif, sehingga pikiran menjadi jernih dan hatipun tenang.
Karena hati kita inilah merupakan pusat penampungan dan pengkoordinir dari segala perasaan dan keinginan. Seperti senang, marah, sedih, gembira (harapan), cinta kasih, jahat (takut), ingin (terkejut) yang biasanya kita sebut “Tujuh Perasaan“. Serta gemar atau senang akan keindahan (kemegahan), mengejar prestasi (ketenaran), mencium aroma yang wangi, meniknati kelezatan, mendapat sanjungan, memamerkan keunggulan, yang biasanya dinamakan “Enam Keinginan“.
Maka dalam Siu Tao, selain dari hati yang direvisi, masih ada juga yang harus direvisi, yaitu watak atau karakter yang merupakan sifat pembawaan dari diri kita sendiri. Maka tidak bisa kita revisi secara total. Biasanya hanya bisa dengan cara penempatan dan pengendalian. Yaitu yang umumnya disebut etika (kesopanan).
Misalnya dalam pergaulan sehari-hari, kita harus pandai-pandai menempatkan dan mengendalikan diri.
Karena kita bergaul dengan sesama kita – manusia yang sama – sama mempunyai hati seperti kita, yang juga menampung tujuh perasaan dan enam keinginan. Jadi apa yang kita tidak sukai, diapun tidak menyukainya, demikian pula sebaliknya. Inilah pokok pelajaran terpenting dalam Siu Tao untuk kita yang pemula.