Wu Wei Selayang Pandang
Oleh: Thang Fai Sing
Wu Wei yang bila diterjemahkan menjadi “tidak berbuat” merupakan salah satu filfasat Tao () yang terkenal. Filsafat ini tercantum di dalam Dao De Jing ( ) sehingga banyak orang yang sudah mencoba untuk menjabarkannya. Dari penjabaran yang dilakukan oleh orang-orang diluar Tao kita, belum ditemukan penjabaran yang memuaskan, bahkan tidak sedikit yang salah persepsi.
Berdasarkan sejarah justru karena filfasat Wu Wei inilah suatu dinasti pemerintahan melarang penyebaran ajaran Tao di daratan Tiongkok. Tao dengan filfasat Wu Wei ini dianggap merusak rakyat karena mengajarkan rakyat untuk menjadi pasif dan malas untuk bekerja. Sesuai dengan arti Wu Wei yaitu tidak berbuat yang juga berarti diam, pasif dan hanya bersemedi terus sepanjang hari.
Apakah memang demikian?
Penjabaran filfasat Wu Wei di atas adalah penjabaran yang sangat salah. Dalam sastra Tiongkok kuno seharusnya pengertian Wu Wei sama dengan Wu Suo Bu Wei dan adalah Wu Bu Wei atau“tidak tidak berbuat” yang sama juga dengan Wu Suo Wei El Wei, atau “tidak menargetkan kerja”. Dengan demikian dari kerja nyata (You Wei) berubah menjadi tidak menargetkan kerja (Wu Wei).
Berdasarkan urutannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
Dari kosong / nihil timbul ada – Wu Zhong Sen You Zhoung “You Wei” Jian Ru “Wu Wei”, artinya dari “kerja nyata” berubah menjadi “tidak menargetkan”.
Tahap yang terendah adalah dimana kita tidak melakukan apa-apa, tahap selanjutnya yang lebih tinggi adalah berbuat sesuatu, dan tahap yang tertinggi adalah kita berbuat sesuatu tetapi tidak merasa berbuat / tidak menargetkan kerja. Wu Wei sebenarnya merupakan suatu tahap dimana kita telah mencapai tahap yang tertinggi.
Tindakan Wu Wei yang tidak memikirkan target yang harus dicapai ini, bukan berarti bermalas-malasan atau seenaknya sendiri. Tahap seenaknya sendiri ini masih merupakan tahap tidak berbuat. Justru pada tahap ini harus diterapkan suatu target untuk menjadi tahap berbuat. Pada tahap Wu Wei, suatu tindakan atau sikap sudah menyatu dengan dirinya, sehingga sama sekali tidak ada paksaan dari dalam dirinya untuk melakukannya. Dalam melakukan tindakan Wu Wei, orang tersebut hanya merasa senang melakukan dan tidak diperlukan lagi target sebagai pendorong atau pemaksa.
Misalnya dalam Gongde [Kung Tek] atau amal kebajikan. Tahap terendah adalah tidak berbuat amal sama sekali. Tahap selanjutnya adalah kita berbuat amal. Dan tahap tertinggi adalah kita berbuat amal tetapi kita tidak merasa berbuat amal. Suatu tahap dimana kita dalam beramal sudah benar-benar tanpa pamrih sedikitpun atau tidak mempunyai target yang dipikirkan.
Filfasat ini dapat pula diterapkan dalam Gong Fu [Kung Fu]. Tahap terendah adalah kita tidak mengetahui satu pun jurus Gong Fu. Tahap selanjutnya kita mengetahui jurus Gong Fu, sehingga bila menghadapi lawan kita dapat memilih jurus apa yang dikehendaki. Dan tahap tertinggi adalah kita mengetahui jurus, tetapi apabila kita menghadapi serangan lawan kita tidak mengingat satu jurus pun, jurus akan dapat keluar mengalir tidak terputus dengan sendirinya tanpa kita berpikir dahulu.
Dari contoh di atas dalam filfasat Wu Wei ini ada kandungan kata “spontan” dan “reflex”. Yang menandakan bahwa tahap tertinggi telah dicapai karena apa yang hendak kita perbuat, dilalui tanpa proses berpikir terlebih dahulu. Ini tidak sama dengan ceroboh. Karena untuk mencapai tahap ini harus memulai dari tidak berbuat, berbuat baru kemudian tidak tidak berbuat. Tahap tidak tidak berbuat ini dicapai bila kita sudah berbuat berulang-ulang kali mengalami kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya hingga mencapai tahap “sangat mahir” karena sudah berlatih terus-menerus.
Misalnya dalam Gongde. Pada awalnya seseorang tidak berbuat Gongde. Untuk mencapai tahap Wu Wei orang ini harus mulai memaksakan diri berbuat Gongde. Memang dalam dirinya pasti masih timbul pamrih. Tetapi Gongde ini harus terus menerus dilakukan sampai akhirnya menjadi kebiasaan. Dan suatu saat orang tersebut akan mencapai tahap Wu Wei.
Jing Zuo [Cing Co] yang kita lakukan juga merupakan tindakan Wu Wei. Dalam Jing Zuo kita terlihat diam, tidak berbuat. Tetapi sebenarnya kita berbuat karena justru kita sedang berusaha sekuat tenaga untuk memusatkan pikiran kita.
Akhir kata, marilah kita membayangkan tentang Wu Wei yang ditulis oleh Laozi ( ) dalam Dao De Jing ( ), yang mencakup universal dalam bidang duniawi maupun spiritual. Dari filsafat ini saja sudah menunjukkan betapa tinggi Tao yang diciptakan oleh Laozi.