Apa itu tahayul dan bagaimana menurut Tao?
Oleh: Lung Ye
Tahayul adalah sembarangan percaya omongan atau hal-hal yang sifatnya negatif tanpa diselidiki lebih lanjut kebenaran atau sebab-sebabnya. Misalnya menyembah patung anjing atau patung macan, menaruh Sen Siang Du Ti Pa Kung di kolong meja atau di lantai, orang yang sudah meninggal dibakari Ling Wu, mempercayai adanya ilmu yang dapat merubah uang seribu menjadi sepuluh ribu, uang sepuluh ribu bisa jadi seratus ribu, seratus ribu jadi sejuta dan seterusnya, dan mengkaitkan Ciak Cai dengan keberuntungan, keberhasilan atau kesucian. Ini semua dikategorikan ketahayulan. Mengapa?
Mari kita pikirkan satu per satu. Coba kita pikir apakah benar jika kita menyembah patung anjing? Anjing adalah binatang peliharaan manusia yang tugasnya untuk menjaga, entah itu jaga rumah atau lainya, dengan kata lain bahwa anjing itu binatang, yang derajatnya jauh di bawah manusia, sehingga apakah kita sebagai manusia mau menyembahyangi binatang yang derajatnya jauh di bawah kita? Ya, mungkin ada orang berpikir itu kan anjingnya Er Lang Sen, boleh dong kita sembah anjingnya Dewa. Betul, Er Lang Sen itu Dewa besar. Tetapi anjingnya bukan Dewa, mana mungkin binatang bisa jadi Dewa. Orang saja susah untuk jadi Dewa apalagi binatang? Dan lagi yang kita sembah kan Dewa, karena Dewa itu telah mencapai kesempurnaan, karena sifat welas asih-Nyalah Beliau mau melindungi dan menolong kita. Maka kalau kita menyembahyangi patung anjing, itu adalah keliru dan merupakan suatu ketahayulan. Demikian pula dengan menyembahyangi patung macan, kuda, dll.
Mengenai orang yang meninggal dibakari Ling Wu. Disini saya akan memaparkan satu cerita ilustrasi. Ada seorang nenek dengan seorang cucunya sedang berjalan, kebetulan lewat di depan rumah duka yang kebetulan ada orang meninggal yang ditempatkan di rumah duka itu. Banyak orang yang melayat. Di depan peti jenasah ditaruh Ling Wu beserta pelengkapnya. Si cucu itu melihat dan bertanya, “Rumah-rumahan itu untuk siapa, Nek?”. Neneknya menjawab katanya nanti setelah dibakar maka orang yang telah meninggal itu bisa tinggal di rumah itu. Setelah mendengar perkataan neneknya, si cucu itu bertanya, “Apa benar Nek kalau Ling Wu itu dibakar bisa diterima oleh orang yang meninggal?”. Nenek menjawab, “Tentu tidak, Cu.” Lalu si cucu tanya lagi, “Kalau begitu mengapa orang itu masih mau melakukannya? Bukankah itu perbuatan mubazir yang hanya menghambur-hamburkan uang saja, sedangkan di lingkungan kita masih banyak orang miskin yang memerlukan bantuan kita?”. “Benar, Cu, seharusnya mereka itu sadar dan mengerti bahwa membakar Ling Wu itu tidak ada gunanya, seperti yang dikatakan pada Thay Shang Lao Cin Cen Cing bahwa membakar Ling Wu itu adalah pemborosan belaka karena ketahyulanlah maka kita jadi melakukan perbuatan sia-sia”.
Sebetulnya asal-usul bakar Ling Wu itu bermula dari jaman dulu di Tiongkok, di mana orang-orang yang terpandang jika orang tuanya meninggal, jenasahnya di tempatkan agak lama di rumah, untuk menunggu sanak saudaranya yang datang dari jauh. Agar keadaan di rumah tidak sunyi dan sepi maka dibuatiah Ling Wu dan gantungan-gantungan dari kertas yang ada tulisannya dan membuat orang-orangan dari kertas. Tapi, keadaan seperti ini yang tadinya hanya untuk membuat suasana tidak sunyi, lama kelamaan menjadi suatu tradisi dan dipergunakan oleh orang-orang yang mencari kesempatan lalu mengatakan kalau kita tidak membakar Ling Wu untuk orang tua atau keluarga yang meninggal maka kasihan nanti mereka tidak ada tempat tinggal, bisa jadi gelandangan dan kedinginan.
Sayangnya, cerita-cerita ini dipercayai begitu saja tanpa dipikir lebih lanjut dan keadaan ini berlangsung turun menurun. Maka dapat kita simpulkan bahwa membakar Ling Wu itu merupakan ketahayulan dan juga merupakan pemborosan belaka, lebih baik uang yang tadinya ingin dipergunakan untuk membuat Ling Wu itu, kita gunakan untuk membantu orang susah yang membutuhkan bantuan kita.
Sekarang mengenai Sen Siang (Altar) Du Ti Pak Kung yang di taruh di bawah meja atau di tanah, kalau kita mau berpikir dengan akal sehat, Du Ti Pak Kung adalah Dewa yang kita hormati dan kita junjung tinggi, tetapi kalau Dewa yang kita hormati dan junjung tinggi Sen Siang-nya di taruh di kolong meja atau di lantai apakah pantas? Sedangkan foto kita saja jika ditaruh di lantai atau di kolong meja, kita bisa marah tidak terima kan? Mungkin ada orang yang berpikir bahwa yang namanya Du Ti Pa Kung pasti tinggalnya di bawah tanah, tidak berpikir lebih lanjut lagi apakah pendapat ini benar, hanya dipercaya begitu saja sampai turun temurun, ini keliru!
Sekarang kita lihat lagi mengenai uang seribu yang bisa jadi sepuluh ribu, uang sepuluh ribu jadi seratus ribu, seratus ribu jadi sejuta dan seterusnya. Ini semua bohong belaka! Kalau kita mau berpikir lebih mendalam kita baru bisa tahu mana mungkin hal ini bisa terjadi! Kalau mungkin terjadi mana mau si dukun melipatkan uang lalu diberikan ke kita? Dia bisa lipatkan uang itu untuk dirinya sendiri, dia sendiri yang kaya. Memangnya si dukun itu bodoh? Yang bodoh adalah yang mau dibohongi olehnya. Kenapa ini bisa terjadi? Ini karena manusia mempunyai sifat rakus dan tamak sehingga mudah percaya akan kata-kata orang dan tidak mau berpikir lebih mendalam sehingga membuat kita jadi celaka. Ini juga satu tindakan ketahayulan.
Sekarang kita lihat lagi mengenai Ciak Cai (Vegetarian). Katanya Ciak Cai itu bisa bersihkan diri supaya bisa jadi Dewa. Kalau Ciak Cai dapat buat badan jadi bersih tentu yang paling bersih itu kambing, tapi nyatanya kambing itu kotor, bau dan hanya tunggu disembelih orang, mana bisa jadi Dewa? Walapun orang Ciak Cai sepanjang masa, badannya tetap tidak bersih, bau keringat, banyak daki, kentut dan tinjanya tetap bau. Mana bisa bersih? Dari bahwa Ciak Cai bisa memperpanjang umur tidaklah masuk logika. Mengapa? Menuruti ilmu kesehatan tubuh manusia membutuhkan keseimbangan konsumsi makanan yaitu makanan nabati, misalnya sayur-mayur, makanan hewani, misalnya daging sapi, daging kambing dan daging babi dan daging lain-lainnya. Kalau konsumsi makanan tidak seimbang, misalnya hanya makan sayur-sayuran saja maka kita bisa kekurangan gizi sehingga muka kita jadi pucat, badan lesu, lemas, tidak bergairah dikarenakan kurang makanan bergizi yang sangat membantu dalam memproduksi darah yang tentunya adalah daging, maka dengan kondisi fisik seperti ini daya tahan tubuh akan menjadi lemah dikarenakan kurang darah dan kurang gizi maka walaupun terkena penyakit biasa seperti batuk dan pilek bisa agak lama sembuhnya. Maka bisa disimpulkan bahwa mana mungkin orang yang Ciak Cai badannya bisa bersih, sehat dan panjang umur? Semua itu hanya ‘katanya’ saja. Tapi bagi orang yang kelebihan gizi memang perlu banyak makan sayur-sayuran supaya kondisi fisik jadi seimbang, tapi bukan Ciak Cai untuk bersihkan badan, bukan Ciak Cai untuk panjang umur, kalo mau panjang umur, mau ke arah menjadi Dewa maka Siu Tao-lah!
Sekarang kita cerita mengapa manusia bisa percaya tahayul? Dan apa dampaknya? Pada dasarnya manusia mempunyai sifat ketakutan, tamak dan kebodohan sehingga dengan adanya sifat-sifat ini maka ada segelintir orang yang bisa memanfaatkan kelemahan sifat manusia ini sehingga karena kebodohan kita maka kita pun bisa dibodohinya. Selain itu ada efek yang lebih parah lagi yaitu kita bisa kehilangan materi atau bahkan nyawa. Maka apakah orang Siu Tao masih bisa dibodohi dan masih percaya tahayul? Tentu Tidak! Karena justru orang Siu Tao memecahkan ketahayulan itu dan membuka pikiran orang supaya tidak tersesat, tidak sembarangan percaya akan perkataan orang yang tidak benar dan tidak masuk logika, berani menentang dan bahkan merubahnya.
Itulah orang Siu Tao ( ) !!!