Benahi Diri Dahulu, Baru Siu Tao!
Oleh: HH
Di dunia ini banyak orang yang suka mencari kegaiban-kegaiban dan langsung mengikuti apa yang disebut ilmu-ilmu, bahkan langsung saja terjun dalam perguruan ilmu-ilmu tersebut. Tetapi kebanyakan hasilnya nihil. Yang menjadi persoalan adalah bahwa mereka itu masih belum mempunyai dasar hati atau batin yang baik.
Melihat kehidupan masyarakat di sekeliling kita, masih banyak orang yang mempunyai moral bejat dan mempunyai pikiran-pikiran yang kotor. Banyak juga antara anak-orang tua, suami-istri, kakak-adik; sedikit tidak cocok atau berselisih sudah saling membenci dan bahkan saling membunuh. Maka andaikata orang selalu mencari kegaiban untuk melindungi dirinya, tentu tidak akan mencapai sasaran.
Hal ini dikarenakan kurangnya kebajikan atau kebaikan hati. Orang jahat mana mungkin mendapatkan yang baik? Oleh karena itu jika ingin mendapatkan sesuatu dari dimensi yang lain (Tuhan-nya), hal yang terpenting adalah harus mengerti terlebih dahulu bagaimana tata hidup yang harus dipupuk.
Takdir atau nasib itu memang ada. Maka dari itu ada orang yang hidupnya enak, ada orang yang hidupnya susah. Untuk dapat merubah sedikit nasib yang buruk, terlebih dahulu kita harus membenahi diri kita sendiri dan selalu giat berusaha. Kalau biasanya hanya dengan pikiran-pikiran yang kotor dan jahat ingin kaya mendadak, mana mungkin?
Jikalau kita ingin menghindari bahaya atau bencana, mau tidak mau harus dimulai dari dirinya terlebih dahulu. Yaitu bagaimana agar dapat merubah “medan magnet” (mata batin, sikap dan tindak) dirinya.
Kalau tidak; maka yang didapat justru sebaliknya; yaitu kegagalan, kesusahan dan lain-lain; karena batinnya sudah sejajar dengan iblis.
Dalam teori Tao () juga begitu. Kalau dirinya jahat, mana mungkin bisa Siu Tao ( ), apa lagi mendapatkan Tao () nya?
Siu Tao ( ) harus selalu merevisi diri, mengerti kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan dirinya. Kelebihan-kelebihannya harus dikembangkan dan kekurangan-kekurangannya harus dibenahi. Teori dan praktek harus sejajar. Banyak amal, banyak belajar, banyak berpikir, banyak berlatih dan mendidik diri secara terus-menerus dengan tekun dan ulet. Tentu saja rintangan dan halangan di depan akan dilewati.
Kebanyakan orang mempunyai suatu penyakit yang sama, yaitu lebih senang menjadi kutu buku. Atau hanya berpikir dan berpikir terus sehingga menjadi pengkhayal, tidak mau praktek. Ini adalah persoalan yang mendasar. Berputar terus di dalam kebingungan hidup dan tidak mau menyadari bahwa hidup itu memang begitu banyak variasinya. Oleh karena itu, untuk mencapai kesuksesan, kuncinya adalah selalu giat berusaha.