Jangan Sok Sok …an!
Oleh: Flyming Lika
Kehidupan kota-kota besar dewasa ini semakin tidak aman saja. Ada penodongan maupun penjambretan sering kali tidak dihiraukan oleh masyarakat lain yang melihatnya. Seolah-olah masyarakat ini telah tumpul rasa solidaritasnya.
Kita sebagai individu pribadi harus mulai mempersiapkan diri pada perubahan masyarakat yang semakin kompleks ini.
Banyak sebab memang tentang ketidak amanan tersebut, disini kita tidak perlu membahas orang lain yang ikut andil dalam ketidak amanan ini.
Dari diri sendiri itulah yang utama.
Berangkat dari manusia hidup itu berkelompok, bermasyarakat, ada interaksi, ada gesekan, ada yang melihat, ada yang dilihat, ada yang merasa iri, ada yang merasa kurang dan lain sebagainya.
Ini semua adalah tingkah laku kehidupan manusia. Nah kalau kita mulai mencoba memahami apa yang dapat memicu ketidak-amanan diri sendiri, maka niscaya kita akan sedikit terhindar dari malapetaka ini.
Contohnya:
Istilah yang sering dilontarkan adalah: “Jangan sok sok an deh!” seperti “sok pamer”, “sok berani”, dan …. sok sok yang lain.
Disisi lain, kitapun harus mempersiapkan diri bila diri kita terjebak / diposisikan pada suatu modus-modus operandi kejahatan.
Seperti yang akhir-akhir ini terjadi yaitu: naik Taxi ditodong oleh tukang taxi itu sendiri.
Kewaspadaan apa yang perlu dipersiapkan:
Tip yang lain:
Kalau kita dinegeri Timur Tengah sono, tata cara naik taxi sebagai berikut: kalau mau naik cowok naik duluan, baru cewek naik belakangan. Kalau mau turun dari taxi, cewek harus turun duluan baru cowok-nya turun.
Nah lu …. Serem kan!?!?
Itulah “keselamatan diatas segalanya”.
Memang terlihat seolah-olah tidak etis, kok nggak sopan ya si cowoknya.
Kenyataan, “mau selamat atau mau sopan?”
Karena banyaknya kasus, dimana begitu cewek naik, taxi pun kabur. Tahu tahu …. beberapa hari kemudian si cewek sudah amburadul, alias … he … he …. bayangin aja sendiri.
Siapkan diri pada situasi yang paling buruk!
Kembali lagi ke “kewaspadaan”.
Demikian juga dengan kita berkendaraan sendiri dijalanan. Kalau mungkin hindari daerah-daerah rawan kejahatan.
Sering kali, sekarang ini kejahatan terhadap pengendara justru terjadi di lampu merah perempatan jalan. Terutama di malam hari.
Maka dari itu, bila dari jauh terlihat didepan lampu sudah merah, usahakan jangan berhenti, kurangi kecepatan sambil menunggu lampu kembali hijau. Lihat suasana kanan kiri, kunci semua pintu.
Bila sampai di “palak” orang, bunyikan klakson, nyalakan lampu besar, lampu hazard, pokoknya mencari perhatian, agar orang sekitar tahu bahwa diri kita terjadi sesuatu / terancam.
Bila sampai ada yang menuduh anda menabrak seseorang atau mencurigai anda menggunakan mobil curian atau modus-modus lain yang anda tidak merasakan (janggal) dan disuruh minggir.
“Jangan dituruti”, teruskan saja sampai ke pos polisi yang terdekat dan minta bantuannya atau diklarifikasikannya di tempat polisi.
Bila sampai terpaksa harus membuka jendela kaca mobil, buka seminim mungkin asal suara dapat keluar. Jangan sampai tangan orang lain dapat masuk lewat celah jendela ini.
Ini semua hanya sebagian kecil kejadian yang sempat ditulis disini.
Akhir Kata
Pokok utama kita Siu Tao ( ) adalah “Wu”, yang sering diinterprestasikan dengan “kesadaran dan nalar yang super tinggi”.
Siapkan sesuatu bila perlu, seperti pentungan, gas air mata, dll, untuk keselamatan diri dalam kendaraan.
Jangan panik, tahu kemana harus dituju atau tahu apa yang harus dikerjakan bila terjadi sesuatu.
Siapkan diri pada situasi yang paling jelek, yaitu bila sampai hukum rimba yang dihadapi / bila hukum sudah tidak bermakna lagi.
Semoga para Taoyu ( ) kita lebih “Wu” dan “waspada” pada kehidupan sehari-hari.
Tidak lupa berdoa dan beramal selalu dilakukan, agar Maha Dewa Thay Sang Lauw Cin / Tai Shang Lao Jun ( ) melindungi kita semua.