Post Views: 506
Oleh: The Sie Bien & Lie Ming Sen
Delapan hal yang perlu dikurangi apabila anda menginginkan hasil yang lebih baik dalam Tao (道) anda, yaitu:
- Kurangi iri hati.
Iri hati merupakan beban untuk diri sendiri dan biasanya akan menjadi tindakan yang merusak. Sifat ini perlu dihilangkan.
- Kurangi kritik.
Banyak orang yang tidak suka dikritik, apalagi kritikan dilontarkan dimuka umum secara menyerang. Menahan diri dan mencari jalan keluar yang lebih bijaksana adalah cara untuk menggantikan kritik kepada orang lain.
- Kurangi menonjolkan diri.
Menonjolkan diri akan menuju kesombongan. Seolah-olah “hanya ada aku, tidak ada kamu”.
- Kurangi dendam.
Dendam juga merupakan beban diri sendiri. Apalagi diterapkan pada hal-hal kecil. Diri kita akan dikucilkan dari pergaulan, tidak memiliki teman, dan akan merusak diri sendiri.
- Kurangi perhitungan.
Kalau kita dalam bertindak selalu menghitung untung rugi sampai hal-hal yang kecil, maka bagaimana kita dapat belajar Tao? Belajar Tao (道) memerlukan lapang dada, menyederhanakan sikap dan tindakan dalam kehidupan tetapi tetap mempunyai prinsip.
- Kurangi usil.
Usil atau iseng sering kali menjadi malapetaka, menyebabkan persahabatan retak dan kehidupan menjadi tidak harmonis.
- Kurangi kemenangan diri.
Pada umumnya orang masih terbelenggu dengan harta dan nama. Bila dirinya selalu ingin menang, ini berarti mencari nama dan seolah-olah dia itu yang paling hebat, maka sebenarnya dia masih dalam tahap awal belajar Tao (道), yaitu “Ada aku, tidak ada kamu”.
- Kurangi menganggap diri paling benar.
Biasanya kalau menganggap dirinya paling benar, berarti dirinya paling pandai, dan orang lain salah dan bodoh. Orang yang merasa dirinya paling benar atau paling pandai sebenarnya adalah orang yang paling bodoh, atau dengan kata lain disanalah letak kebodohannya dengan menonjolkan dirinya paling benar. Orang tersebut masih dalam tahap “Ada aku, tidak ada kamu”.
Dengan mengurangi sikap buruk anda sedikit demi sedikit, maka akan mengubah sikap dari “Ada aku, tidak ada kamu”, menjadi “Ada aku, baru ada kamu”, dan selanjutnya menjadi “Ada kamu, baru ada aku”.