Post Views: 506
Ta Jia Xue Tao Hao,
Berikut Tanya Jawab Tao / Pengenalan Tao bagian 4 :
- Tanya: Ada yang mengatakan bahwa gambar-gambar Dewa tidak boleh dipigura dengan kaca, jika dengan kaca maka kacanya harus dilubangi agar Dewa dapat keluar masuk. Apakah benar?
Jawab: Pendapat ini sangat bodoh dan layak jadi bahan tertawaan!
Pertama kita harus mengerti bahwa Dewa tetap Dewa dan gambarnya Dewa tetap gambarnya Dewa. Sama halnya anda tetap anda dan foto anda tetap foto anda. Berbeda bukan?
- Tanya: Banyak buku-buku menceritakan peristiwa-peristiwa atau dongeng-dongeng kuno, apakah semua itu sungguh terjadi?
Jawab: Ini adalah suatu yang sukar untuk ditentukan. Mencius berkata “Percaya penuh pada buku, lebih baik tidak ada buku”.
Persoalan yang telah lewat ribuan tahun lamanya, siapa yang dapat membedakan itu benar atau tidak.
Kalaupun memang benar, sudah seperti satu babak bioskop sekilas lewat tidak meninggalkan bekas. Kalaupun tidak benar, sekedar hanya akan timbul perdebatan atau perang mulut belaka.
Maka, semua itu asalkan berguna untuk kita sudah cukup, tidak perlu dipusingkan dan membingungkan lainnya.
- Tanya: Apakah tujuan Tao?
Jawab: Tujuan Tao (道) adalah sabar, belas kasih, jujur, dan penolong.
- Tanya: Belajar Tao mengejar kebahagiaan dan kesempurnaan, mengapa harus ada kehilangan?
Jawab: Karena kita mau lebih baik tentunya kita harus bisa menghilangkan segala kejelekan kita.
- Tanya: Apa faedah Qi Gong / Chi Kung terhadap tubuh kita?
Jawab: Faedahnya sebagai berikut:
- Merubah tubuh manusia dari minus menjadi plus, sehingga dapat memperbaiki dan membangun kembali sel-sel yang rusak atau setengah rusak.
- Melalui urat nadi dan lain-lain, dapat mempertinggi prestasi daya kerja dalam tubuh dan mengatur peredaran darah hingga mencapai kesehatan yang normal dan optimal.
- Tanya: Belajar Tao apakah harus ke gunung-gunung?
Jawab: Tidak diperlukan! Asal mengerti cara dan maksudnya, dimana-mana sama.
- Tanya: Ada yang mengatakan “Dunia ini adalah neraka”, apakah betul?
Jawab: Pengertian ini karena pengertian masing-masing yang berlainan.
Sebenarnya dalam duniapun mengandung kebenaran, kehangatan, saling hormat menghormati dan sebagainya. Hubungan antar manusia itu bukanlah berdasarkan untung rugi dan benda-benda belaka. Selain yang dapat dilihat, juga ada lagi yang lebih bermutu misalnya belas kasih, sayang menyayangi, kesabaran, kejujuran dan sebagainya. Segala kebendaan tidak akan melebihi artinya dari pada itu.
Maka kehidupan manusia itu bukanlah selalu memperhitungkan bagaimana untuk “mendapatkan”, tetapi harus juga tidak lupa akan “memberi”. Betul juga dalam dunia memang ada bagian yang gelap, tetapi juga ada bagian yang terang. Manusia ada yang jahat, tetapi lebih banyak yang berbudi.
Jika karena pengalaman yang pahit menimpa dirinya, lalu mengambil keputusan sepihak yang bernilai negatif, hal itu amat disayangkan!
- Tanya: Bagaimana pandangan Tao (道) terhadap lahir, tua, sakit, wafat, dan sengsara?
Jawab: Lahir, tua, sakit, wafat, dan sengsara bagi manusia sudah jadi suatu proses kehidupan yang tidak dapat dihindari. Tidak pernah mengalami pahit, maka tidak akan tahu enaknya manis. Tidak pernah sakit, maka tidak akan tahu nikmatnya sehat. Tidak melihat sedihnya tua dan lamban, maka tidak akan mengerti dan menyayangi berharganya masa muda.
Baru lahir, tidak tahu apa-apa dan tidak ada yang dibicarakan. Detik terakhir betul sudah tahu lebih dahulu pasti akan pindah alamat kedunia yang lain dimensinya, seperti melepaskan baju lama dan memakai baju baru lagi. Tetapi tentu saja masih ada sesuatu yang teringat, sehingga dapat timbul perasaan sedih, inilah yang jadi pokok pikirannya. Tao (道) adalah alami, maka inipun sudah jadi suatu proses alam pula.
Biar siapapun juga tidak lepas dari hukum alam tersebut. Diatas dasar hukum alam tersebut maka belajar Tao justru menuju soal-soal diatas, guna meringankan, memperlambat proses-proses yang tidak enak tersebut. Jika sudah mencapai tingkat agak tinggi dan mengerti sesuatu, maka tentu dapat dengan mudah, dengan senyuman menghadapi persoalan demikian. Pada saat itu semuanya akan terasa ringan saja, tidak menjadi soal lagi.
- Tanya: Mengapa patung-patung dalam kelenteng harus besar dan bagus?
Jawab: Karena banyak umat yang bersembahyang di kelenteng-kelenteng, jika patung-patung terlalu kecil, selain tidak berarti juga kurang agung rupanya, lain dari itu penjaga-penjaga kelenteng juga takut kalau patung-patung kecil tersebut dicuri orang jahat yang menyamar sebagai umat yang bersembahyang di kelenteng.
- Tanya: Apakah Dewa-Dewa mempunyai hari-hari wafat?
Jawab: Dewa-Dewa itu semua kekal abadi (Eternal Life) maka tidak ada hari wafat, jika mempunyai hari wafat, maka beliau bukan Dewa lagi.
- Tanya: Bagaimanakah pandangan manusia terhadap Dewa-Dewa?
Jawab: Dapat dibagi menjadi tiga golongan, singkatnya sebagai berikut:
- Percaya kelewat batas: Takut-takut, tidak mencari bukti dan tidak menggunakan pikiran, mudah / cenderung ketakhyulan dan ketakutan, mudah ditipu.
- Tidak percaya sedikitpun: Keras kepala, tidak mau mencari bukti, terlalu cepat mengambil kesimpulan, mudah timbul perasaan “hanya ada saya tidak ada kamu”, menjadi kolot dan buta pengertian dalam kedewaan.
- Diantara percaya dan tidak: Ilmiah, terus menggunakan pikiran, terus mempelajari, terus mencari bukti-bukti, mudah mendapat jawaban yang tepat, dengan bijaksana dan masuk di akal untuk percaya sungguh-sungguh seterusnya.
- Tanya: Apa ada bedanya orang bersembahyang dengan orang Siu Tao?
Jawab: Bedanya ialah orang bersembahyang belum tentu Siu Tao, tetapi orang yang Siu Tao pasti bersembahyang.
- Tanya: Yang disembah-sembah dalam kelenteng / kuil itu tergolong Tao atau Budha?
Jawab: Ini mudah saja membedakannya, yang disebut “Dewa adalah Tao” maka yang disembah jika Dewa tentu termasuk Tao (道). Jika yang disembah itu adalah Ru Lai Fuk / Jie Lai Hud maka itu adalah Budha.
- Tanya: Yang disebut “Nitis Lagi” apakah memang ada? Misalnya kalau satu jadi satu, mengapa manusia makin banyak?
Jawab: Ini memang satu pertanyaan yang dalam sekali menurut teori-teori yang ada, memang tidak mungkin tambah banyak, tetapi kenyataan terus bertambah banyak, dan semuanya ber-“Roh” pula, bagaimana jawabannya, apakah anda dapat menjawabnya? Coba pikirlah dahulu, jika tidak, maka tunggulah jawabannya kemudian hari, mungkin juga dapat “Wu” sendiri.
- Tanya: Siu Tao apakah mengejar datangnya “Lima Bahagia”?
Jawab: Yang disebut Lima Bahagia (U Fuk) yaitu Rejeki, Kedudukan, Usia Panjang, Kekayaan, dan Keturunan Yang Baik-Baik. Manusia biasanya jika mengalami kegagalan yang hebat baginya, langsung timbul pikiran untuk berdoa / sembahyang dan sebagainya.
Kaum Siu Tao, sedikit banyak sudah mengerti prinsip-prinsip untuk menjadi manusia yang baik, lagi pula mendapatkan satu cara untuk mendekati Dewa-Dewa, bertemu Dewa-Dewa, yang dimohon jika bukan lima bahagia, apa lagi lainnya?
Harus diingat bahwa yang kita tempuh adalah kehidupan manusia saja, yang lumayan juga panjangnya.
- Tanya: Tao (道) itu berhenti diam atau bergerak maju?
Jawab: Hanya dari huruf Tao (道) saja kita tidak sukar mengetahui, bahwa Tao (道) itu tidak mungkin berhenti dan diam, ia harus bergerak dan maju terus, karena jaman bergerak maju dan buah pikiran manusiapun terus berkembang, Tao (道) dari awalnya sudah tertanam dan berakar dalam hati manusia, dan manusia-manusia itu berkelompok menjadi masyarakat. Cobalah berpikir dapatkah Tao (道) berhenti dan diam?